Operasi plastik vagina sebelumnya adalah topik yang dibicarakan saja jarang karena orang-orang biasanya merasa malu. Namun kini praktik semakin umum sampai-sampai Royal Australian College of General Practitioners (RACGP) telah mengeluarkan pedoman tentang prosedur yang pertama di dunia.
Data dari Medicare menunjukkan selama 15 tahun terakhir di Australia, setidaknya lebih dari 16 ribu wanita telah menghabiskan sekitar Rp 60 miliar untuk operasi vagina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak wanita ingin operasi tapi tak tahu apa ekspektasinya. Mereka tak tahu anotomi genitalnya sendiri sehingga tak dapat menentukan dengan jelas apa yang ingin diubah," kata dr Simonis seperti dikutip dari ABC Australia pada Selasa (4/8/2015).
Baca juga: Operasi 'Rombak' Miss V, Adakah Pengaruhnya Untuk Kesehatan Seksual?
Sebagai salah satu penyusun pedoman, dr Simonis mengatakan efek dari operasi kebanyakan permanen. Oleh karena itu apabila ada kesalahan dampaknya bisa sangat buruk untuk pasien.
"Saya pernah menerima email dari teman yang melaporkan salah seorang pasiennya menjalani operasi ke Thailand. Ketika dia bangun ternyata dirinya tak cuma menjalani labiaplasty saja tapi juga clitoridectomy komplet. Dirinya sangat terpukul," kenang dr Simonis memberi contoh kejadian operasi yang tak diinginkan.
Kini pedoman tentang prosedur operasi plastik vagina mulai disebarkan ke tempat-tempat praktik dokter di mana biasanya pasien konsultasi pertama kali. Harapannya pedoman bisa membantu menjawab pertanyaan pasien sebelum ia memutuskan untuk menjalani operasi.
Baca juga: Bibir Miss V Kendur? Labiaplasty Bisa Jadi Solusi (fds/vit)











































