Menurut dr Marissa Pudjiadi SpA, saat anak berusia 1 tahun, mulailah untuk mengurangi intensitas mengempeng. Ayah atau ibu bisa mengalihkan kegiatan ngempeng anak dengan kegiatan lain seperti membacakan cerita, menyanyikan lagu, atau mengajak anak bermain.
"Misalkan mau diberi pahit-pahitan di empengnya, bisa juga. Kalau anak sudah bisa diajak bicara, pakai sistem kalender, tentukan tanggal berapa dia akan setop ngempeng," kata dr Marissa yang praktik di RS Premiere Jatinegara ini saat dihubungi detikHealth pada Selasa (11/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat tiba hari H anak berhenti ngempeng sesuai dengan kesepakatan, lakukan sedikit 'upacara'. Misalnya saja mengubur empeng atau memasukkan empeng ke dalam kotak. Sehingga, anak tahu bahwa sudah tidak ada lagi empeng miliknya sehingga ia tidak akan ngempeng lagi.
Dalam bukunya yang berjudul '250 Tanya Jawab Kesehatan Anak', dr Marissa juga mengingatkan ketika tidur malam dan empeng anak sudah terlepas, jangan masukkan kembali empeng ke dalam mulut. Untuk melakukan hal ini pun, diperlukan sedikit 'rasa tega' dari orang tua untuk menjauhkan anak dari empengnya.
Jika anak masih belum mau juga berhenti ngempeng, tak ada lagi yang bisa dilakukan orang tua selain tetap mencoba. Untuk itu, dr Marissa menyarankan baiknya sebelum anak berusia 2 tahun, orang tua sudah mulai pelan-pelan menyapih si kecil.
"Usia 3 bulan sampai 2 tahun memang anak sedang melewati fase oral. Segala yang ia pegang akan dimasukkan ke mulut. Tapi umumnya di usia 6-9 bulan, anak mulai meninggalkan empengnya karena dia sudah tertarik dengan hal di sekitarnya dan dia mulai memasuki fase eksplorasi. Saat anak meninggalkan empengnya, bantulah agar ia tidak mengempeng lagi," kata dr Marissa.
Baca juga: Anak Punya Kebiasaan Menggigit Kuku? Begini Cara Simpel Menghentikannya (rdn/ajg)











































