Prof Margreet Vissers, BSc Hons, MSc, PhD dari Center for Free Radical Research Department of Pathology University of Otago, Christchurch menuturkan penggunaan vitamin C dalam pengobatan kanker masih kontroversial. Meskipun, ada hipotesa yang bisa mendukung hal tersebut.
"Konsumsi vitamin C yang dimasukkan ke tubuh melalui injeksi bisa membentuk hypoxia-inducable factor (HIF) 1 yang memungkinkan pembuluh darah pada sel-sel kanker mati sehingga pertumbuhan tumor melambat," tutur Prof Vissers di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Jakarta, Jumat (21/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menceritakan, ada sebuah studi kasus di mana seorang pasien kanker payudara berusia 45 tahun diberi injeksi vitamin C dua kali seminggu dengan dosis 50 gram per sesi. Saat itu, si pasien juga menjalani kemoterapi. Setelah empat minggu diinjeksi vitamin C, pasien merasakan perbedaan.
Baca juga: Baca juga: Jalani Perawatan, Pasien Kanker Tak Melulu Harus Pantang Makanan
Diungkapkan Prof Vissers, pasien mengaku tidak terlalu kelelahan baik secara mental atau fisik. Mual, insomnia, diare, dan hilangnya nafsu makan dilaporkan menurun setelah empat minggu diberi suntikan vitamin C.
"Pertumbuhan sel kankernya juga dilaporkan melambat. Ada pula seorang polisi yang didiagnosis leukemia dan diberi waktu bertahan sekitat lima minggu. Pulang dari RS, si anak meminta dia melakukan terapi vitamin C, si polisi itu membaik kondisinya bahkan sampai 2 tahun," imbuh Prof Vissers.
Meski demikian, Prof Vissers belum bisa memastikan apa memang terapi vitamin C dianjurkan pada pasien kanker karena memang belum ada bukti ilmiahnya. Tapi, tak ada salahnya jika selama pengobatan, pasien kanker mengonsumsi vitamin C yang berasal dari sayur dan buah.
Selain aman dan mengandung vitamin, sayur dan buah juga mengandung serat, air, dan mineral yang juga bermanfaat bagi tubuh.
Baca juga: Konsumsi Suplemen Antioksidan Saat Jalani Terapi Kanker, Aman atau Tidak? (rdn/up)











































