dr Hanny Nilasari, SpKK(K), Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) mengatakan sebagai bagian paling luar tubuh, kulit pasti menerima dampak langsung dari polusi. Polusi, terutama polusi udara dari asap kendaraan bermotor, bisa merusak sel yang ada di kulit.
"Karena polusi udara itu kan bahan kimia ya. Ketika kulit terkena bahan kimia berlebihan, selnya pasti terdampak. Jadi mengalami perubahan yang nantinya akan merusak," tutur dr Hanny, ditemui disela-sela Pertemuan Ilmiah Tahunan Perdoski ke-14 di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (28/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan dr Hanny bahwa sel yang rusak menyebabkan timbulnya bercak-bercak. Bercak tersebut bisa berwarna merah ataupun hitam. Di daerah wajah juga biasanya timbul spot atau bintik-bintik berwarna hitam.
Bercak ini timbul akibat rusaknya pigmen yang ada di kulit. Kerusakan pigmen ini yang nantinya bisa menyebabkan kulit menjadi belang-belang ataupun warnanya tidak merata.
"Bisa juga nanti menimbulkan kerut di sekitar mata, keriput hingga dark circle," tutur dokter yang juga praktek di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana ini.
Ditegaskan dr Hanny bahwa kerusakan kulit tidak terjadi hanya polusi. Paparan sinar UV, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan merokok hingga kurang tidur pun bisa menyebabkan kulit rusak.
Baca juga: Banyak Kendaraan, Seberapa Parah Tingkat Polusi di DKI Jakarta? (mrs/up)











































