Per 22 September 2015 atau sekitar akhir bulan September ini, Prof Tjandra akan meluncur ke New Delhi dan 'pindah kerja' sebagai Coordinator Communicable Disease and Surveillance for WHO South East Asia Regional Office (WHO-SEARO).
Menurut Prof Tjandra, sebenarnya, setelah pensiun, ada dua pilihan lain yang bisa ia ambil. Pertama, Prof Tjandra bisa menjadi guru besar di FKUI atau praktik sebagai dokter spesialis paru. Namun, ia memilih bergabung dengan WHO-SEARO karena memiliki alasan lain. Prof Tjandra merasakan ada kepuasan pribadi karena ia bisa bekerja di bidang kesehatan masyarakat yang lebih besar dari yang saat ini dilakoninya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tinggalkan Kursi Dirjen P2PL Kemenkes, Prof Tjandra Jadi Kepala Balitbangkes
Selain itu, Prof Tjandra juga berharap bisa membawa Indonesia untuk lebih banyak unjuk gigi di dunia internasional. Bukan tak mungkin nantinya ilmu-ilmu yang yang didapat dari WHO-SEARO akan diimplementasikan Prof Tjandra di Indonesia. Atau cita-cita lain yang ingin dicapai yakni akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang ikut bergabung dengan WHO-SEARO.
Keputusan Prof Tjandra untuk bergabung dengan WHO-SEARO juga didukung oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek yang mengatakan ingin sekali ada perwakilan dari Indonesia yang turut berperan aktif di WHO-SEARO. Sebenarnya, WHO-SEARO sudah menawari Prof Tjandra untuk bergabung dan pindah kerja ke New Delhi sejak Desember 2014.
"Tapi waktu itu saya minta undur karena saya bilang saya mau menghabiskan waktu saya sampai titik darah penghabisan, di sini dulu, ya sampai memasuki masa pensiun berarti," kata pria yang memiliki hobi menulis dan sebelumnya menjabat sebagai dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI ini.
![]() Kepala Balitbangkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Radian/ detikHealth) |
Kesenangan atas kegiatan tulis menulis diakui Prof Tjandra sudah ia miliki sejak duduk di bangku universitas. Setelah lulus pendidikan dokter dan ditempatkan di salah satu Puskesmas baru di Dumai, Prof Tjandra memiliki banyak waktu untuk menulis karena saat itu kondisi Puskesmas yang lumayan sepi.
Hobi menulis juga dimiliki Prof Tjandra karena secara tidak langsung ia ingin menyampaikan penyuluhan kesehatan ke masyarakat yang dinilainya masih minim. Dengan menulis, Prof Tjandra juga bisa mengasah intelektualitasnya karena menurutnya, menulis tidak bisa dilakukan tanpa memiliki dasar ilmiah.
"Kadang saya juga bersyukur ada kemacetan karena pergi dari rumah ke kantor bisa makan waktu 2 jam, saya bisa nulis. Kadang di pesawat, sedang di perjalanan saya juga menulis. Kalau pagi-pagi, saya buat tulisan kadang lagi di kamar mandi lho," kata Prof Tjandra sembari tertawa.
Baca juga: Melongok Puskesmas Darurat WHO untuk Tanggap Bencana
(rdn/up)












































