Disampaikan oleh dr Mahatma Sotya Bawono, SpTHT dari RS Akademik UGM Yogyakarta, bahwa teori mengenai cegukan pada janin pernah dikemukakan beberapa ahli di masa lalu.
Ada yang mengatakan bahwa cegukan pada janin merupakan bagian dari perkembangan fetus untuk membersihkan mekonium dan refleks mengisap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cegukan Berhari-hari, Baru Sembuh Setelah Dipeluk
Sementara itu, dikutip dari Livestrong bahwa agar janin bisa cegukan maka ia harus mempunyai sistem saraf pusat yang lengkap. Seperti diketahui sistem saraf pusat janin membuatnya mampu bernapas dalam cairan ketuban. Sehingga, ketika cairan ketuban masuk dan keluar paru-paru, diafragma janin bisa berkontraksi dengan cepat dan menimbulkan cegukan.
Biasanya, cegukan janin bisa dilihat saat melakukan USG dengan bentuk gerakan ritmis atau 'melompat'. Langham mengingatkan bahwa cegukan bukan berarti janin merasa tidak nyaman. Sebab, dengan cegukan juga membantu janin mempersiapkan fungsi paru-parunya saat lahir dan membantu mengatur detak jantungnya selama trimester ketiga.
"Sepanjang yang saya ketahui, tak ada yang perlu dilakukan terkait hal tersebut," imbuh dr Bonnie.
Namun R.Y. Langham, psikolog keluarga dari Capella University, menyebutkan bahwa kadang janin cegukan karena tidak mendapat cukup udara. Jika perut ibu terasa kejang dalam waktu lama, sebaiknya segera ke dokter untuk memeriksa kemungkinan kompresi tali pusat.
Kompresi tali pusat terjadi saat tali pusat melililt area di sekitar leher janin sehingga pasokan udara kosong. Denyut jantung janin juga meningkat dan aliran darah dari tali pusat ke janin menurun. Namun, kondisi ini menurut Langham sangat jarang terjadi.
Baca juga: Dari Kentut Hingga Sendawa, Hal-hal Unik yang Dilakukan Tubuh dan Artinya
(ajg/vit)











































