Bigorexia, Obsesi Punya Tubuh Berotot yang Bikin Tertekan

Bigorexia, Obsesi Punya Tubuh Berotot yang Bikin Tertekan

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 23 Sep 2015 11:33 WIB
Bigorexia, Obsesi Punya Tubuh Berotot yang Bikin Tertekan
Foto: Thinkstock
Jakarta - Beberapa orang rajin nge-gym bukan semata ingin lebih sehat, melainkan karena ingin membentuk otot tubuhnya. Namun kerap kali orang yang sudah berotot merasa masih kurang berotot, sehingga tak pernah melewatkan jadwal nge-gym. Jika sampai terlewat, perasaan bersalah akan mendera. Jika sampai pada kondisi seperti ini, keinginan punya tubuh berotot tak lagi sehat.

Kondisi semacam itu dikenal sebagai muscle dysmorphia atau bigorexia, yang juga dikenal sebagai kebalikan dari anorexia nervosa. Obsesi mendapatkan tubuh berotot ini sering menimbulkan kecemasan dan depresi. Bahkan penyalahgunaan steroid juga bisa terjadi. Yang lebih parah, bigorexia bisa menyebabkan bunuh diri.

Ketua Body Dysmorphic Disorder Foundation, Rob Willson, menengarai sekitar 10 persen laki-laki yang nge-gym kemungkinan memiliki bigorexia. "Muscle dysmorphia itu seseorang yang keasyikan dengan pemikiran bahwa dirinya tidak cukup besar dan tidak cukup berotot," kata Willson seperti dikutip dari BBC dan ditulis pada Rabu (23/9/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mereka yang rentan mengalami bigorexia biasanya sangat memerhatikan penampilannya, memiliki rasa percaya diri yang rendah, serta memiliki kekhawatiran dan kecemasan. Itu makanya mereka merasa begitu tertekan luar biasa agar bisa tampil sempurna.

Soal makan pun mereka terkesan pilih-pilih. Orang dengan bigoreksia hanya mau makan bahan makanan yang mereka anggap sehat dan dapat membentuk fisiknya. Mereka juga jarang makan di luar karena tak tahu pasti apa yang dimakan.

Baca juga: Terobsesi Punya Otot, Gangguan Makan Baru pada Pria

Umumnya laki-laki lebih ingin punya badan berotot ketimbang perempuan. Sebab badan berotot akan membuat mereka terlihat lebih macho dan seksi. Meski begitu, kondisi ini juga bisa dialami perempuan. Jumlah tepat orang yang mengalaminya sulit didata karena banyak kasus tidak dilaporkan. Selain itu hampir seluruh penderitanya menganggap obsesi ini bukanlah suatu masalah besar sehingga cenderung tidak mencari bantuan medis.

Penyebab bigorexia tidak jelas. Namun National Health Service (NHS) menyatakan ada kemungkinan genetika atau ketidakseimbangan kimia di otak bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Pengalaman hidup juga bisa menjadi faktor penyebab, di mana orang dengan bigorexia lebih umum terjadi pada orang-orang yang semasa anak-anak sering diganggu atau dilecehkan.

Berikut ini tanda-tanda seseorang dicurigai mengidap bigorexia:

1. Sering kelelahan di gym
2. Berolahraga secara berlebihan dan kompulsif
3. Menggunakan steroid anabolik untuk meningkatkan pertumbuhan otot
4. Melihat tubuh di cermin secara berlebihan
5. Menyalahgunakan suplemen dan protein shake
6. Lekas ​​marah dan meledak-ledak
7. Mengalami depresi dan mania
8. Panik jika melewatkan sesi olahraga
9. Tetap olahraga meski sedang cedera
10. Memprioritaskan olahraga di atas segala-galanya, tak terkecuali keluarga dan kehidupan sosial.

Baca juga: Ingin Terlihat Kekar, Pemuda di Brazil Nekat Suntikkan Baby Oil ke Lengan

(vit/up)

Berita Terkait