Pola Asuh yang Cenderung Mengekang, Bikin Anak Jadi Pemalu dan Pendiam?

Anak Pendiam dan Pemalu

Pola Asuh yang Cenderung Mengekang, Bikin Anak Jadi Pemalu dan Pendiam?

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 25 Sep 2015 11:32 WIB
Pola Asuh yang Cenderung Mengekang, Bikin Anak Jadi Pemalu dan Pendiam?
Foto: thinkstock
Jakarta - Dengan alasan buah hatinya akan membuat suasana gaduh atau berisik, orang tua lantas menyuruh anaknya untuk tidak terlalu banyak omong. Kebiasaan seperti ini apakah bisa membuat tumbuh menjadi pribadi yang pemalu?

"Mengekang anak untuk tidak banyak bicara sangat bisa membuat anak merasa tertekan. Kemungkinan besar anak tumbuh bukan sebagai anak yang pemalu, tetapi anak yang pencemas," kata psikolog anak dan remaja sekaligus pengelola sekolah Bestariku, Bintaro, Alzena Masykouri, M.Psi.

Anak pencemas, lanjut Zena yakni ketika mereka selalu mengkhawatirkan apakah perilakunya bisa diterima oleh lingkungan atau tidak. Pasalnya, selama ini anak terbiasa dengan kritik dan batasan akan perilaku yang ditampilkannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk membedakan anak yang pemalu atau pendiam akibat terlalu sering dikekang untuk bicara atau karena sudah bawaannya, tidak bisa secara jelas dibedakan, karena pasti ada pengaruh dari bawaan dan peran lingkungan," lanjut wanita yang akrab disapa Zena ini ketika berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Jumat (25/9/2015).

Baca juga: Lahir Prematur, Anak Lebih Berisiko Terkena ADHD

Sementara itu, untuk memastikan anak cenderung pendiam karena ada masalah, psikolog anak dan remaja Anna Surti Arianni, M.Psi mengatakan perlu pembentukan rasa percaya di mana anak percaya pada orang tua, guru, atau pemeriksanya). Sehingga anak merasa nyaman ketika diajak mengobrol.

Saat mengobservasi, perlu dilihat bagaimana cara bicar anak. Apakah bicara anak tergagap, lancar atau hanya mengucapkan satu dua kata saja. Wanita yang akrab disapa Nina ini menuturkan jika anak hanya bicara satu dua kata, perlu dicek ekspresinya.

"Kalau terlihat marah, masalahnya kemungkinan bukan di kemampuan berkomunikasinya tapi hubungan dengan orang di sekitar. Kalau tergagap, mungkin ada masalah di perkembangan bahasanya. Perlu juga dilihat evaluasi pelajaran bahasa, tes bahasanyanya," tutur Nina.

Jika hasilnya bagus, berarti bukan karena masalah komunikasi atau bahasa, tetapi lebih condong ke masalah emosional. "Bisa karena kebiasaan dari kecil dipotong terus tiap mau bicara, akhirnya kebawa sampai remaja," kata Nina.

Baca juga: Gara-gara 'Stres', Anak Bisa Rewel dan Susah Tidur Lho

(rdn/up)

Berita Terkait