Di dunia, riset sel punca mulai populer sekitar tahun 2.000-an sehingga masih dianggap sebagai ilmu baru. Sifatnya yang bisa berpotensi memperbaiki berbagai macam sel dalam tubuh membuat sel punca disebut-sebut sebagai obat masa depan.
Namun disayangkan, karena populer nama sel punca dijadikan komoditas. dr Andri Lubis SpOT(K) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan sekarang banyak terapi menawarkan sel punca yang tidak jelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dengan Sel Punca, Tulang Rawan yang Rusak Bisa Ditumbuhkan Kembali
dr Andri sebagai salah seorang peneliti stem cell di Indonesia menjelaskan yang biasa digunakan pada riset medis adalah stem cell yang diambil dari pasien sendiri. Pengembangannya juga membutuhkan waktu lama sehingga tak bisa sel langsung disuntikkan begitu saja setelah diambil.
"Ini kan stem cell antar spesies ya belum tahu apa manfaatnya. Itu biasanya main asal suntik saja ke aliran darah, ya menyebar selnya gak sampai ke tujuan," lanjut dr Andri.
"Bukan bahaya yang jadi masalah pemberian so called stem cell ini tapi lebih ke manfaat. Sekali suntik itu kan mahal bisa puluhan juta," imbuhnya.
Baca juga: Transplantasi Sel Punca Berpotensi Mengobati Anemia Sel Sabit
(fds/vit)











































