Terapi Perilaku Paling Manjur Bantu Depresi pada Anak

Terapi Perilaku Paling Manjur Bantu Depresi pada Anak

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 07 Okt 2015 08:33 WIB
Terapi Perilaku Paling Manjur Bantu Depresi pada Anak
Foto: Thinkstock/BrianAJackson
Jakarta - Terapi perilaku dengan menanamkan kebiasaan berpikir positif dinilai paling manjur untuk membantu anak yang mengalami depresi. Efek dari terapi ini masih terlihat hingga bertahun-tahun mendatang, bahkan hingga remaja.

Dr David A Brent dari University of Pittsburgh Medical Center mengatakan pada umumnya pasien depresi anak yang sudah mendapat pengobatan akan mengalami kekambuhan dalam 2-3 tahun berikutnya. Karena itu saat ini penanganan difokuskan untuk mencegah depresi kambuh kembali.

Baca juga: Wuih! Membatik Bisa Menurunkan Depresi

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian Dr Brent dilakukan pada 316 remaja berisiko depresi. Mereka semua sebelumnya pernah mengalami depresi yang diakibatkan oleh berbagai sebab termasuk kekerasan dalam rumah tangga, perceraian orang tua hingga masalah lainnya.

Penelitian mengungkap bahwa anak yang mendapat terapi perilaku memiliki risiko 36 persen lebih kecil terserang depresi. Mereka bisa melakukan fungsi sosialnya dengan normal dan sekolah atau bekerja karena sedikitnya hari-hari depresi yang mereka rasakan.

"Intervensi ini ternyata lebih efektif diberikan pada anak. Terapi perilaku membuat mereka bisa mencegah ketika gejala-gejala episode depresi muncul dan akibatnya, mereka bisa memiliki interaksi sosial yang lebih baik," tutur Dr Brent, dikutip dari Reuters, Rabu (7/10/2015).

Irwin Sandler, Direktur Prevention Research Center, Arizona State University, mengatakan bahwa terapi perilaku akan lebih efektif jika orang tua anak tidak mengalami depresi. Jika orang tua mengalami depresi, Sandler mengatakan akan lebih baik jika orang tuanya dahulu yang mendapatkan pengobatan.

Selain itu, terapi perilaku juga membuat anak mengenali emosi-emosi negatif dalam dirinya. Dengan begitu, anak akan memiliki interpretasi yang lebih baik tentang kejadian-kejadian dalam hidupnya dan dapat meloloskan diri dari depresi.

"Mengenalkan depresi pada pasien anak-anak memang baik. Hal ini membuat mereka yang pernah depresi berkurang kekambuhannya dan mereka yang memiliki risiko tidak meledak dan terjebak dalam depresi," pungkas Irwin.

Baca juga: WHO: 39 Persen Kasus Bunuh Diri di Dunia Terjadi di Wilayah Asia Tenggara
(mrs/up)

Berita Terkait