Dikira Punya Kanker di Wajah, Conan Lahir Selamat Berkat Printer 3D

Dikira Punya Kanker di Wajah, Conan Lahir Selamat Berkat Printer 3D

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Selasa, 13 Okt 2015 07:05 WIB
Dikira Punya Kanker di Wajah, Conan Lahir Selamat Berkat Printer 3D
Foto: CBS News
Michigan - Dokter was-was ketika melihat hasil ultrasound Megan Thompson di usia kandungannya yang memasuki 30 pekan. Mereka melihat semacam benjolan besar di wajah si janin, namun tak ada yang bisa mengidentifikasi benjolan apa itu sebenarnya.

Di satu sisi, dokter khawatir jika benjolan itu adalah kanker. Di sisi lain bila dibiarkan maka benjolan itu akan menghambat jalan napas janin Megan. Dengan kata lain mereka mungkin terpaksa melakukan prosedur berisiko untuk menyelamatkannya.

"Ini betul-betul mengerikan, karena saya tak pernah tahu apakah dia akan lahir dalam keadaan hidup atau mati," tutur Megan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Megan lantas diarahkan untuk menjalani serangkaian tes lagi. Tapi tim dokter dari CS Mott Children's Hospital, University of Michigan Health System tak juga bisa memastikan seberapa bahaya benjolan tersebut.

Baca juga: Hipotiroid Diidap Ibu Hamil, Hati-hati Janin Bisa Kena Batunya

Mereka kemudian memutuskan memakai MRI khusus yang dapat menangkap lebih banyak data. Dari data itu, tim dokter bisa menciptakan model wajah janin Megan dengan printer tiga dimensi (3D).

Barulah dari situ tim dokter dapat memprediksi apa yang sebenarnya dialami janin Megan. Ternyata janin Megan mengalami kondisi yang disebut dengan Celah Bibir dan Langit-langit (CBL) atau lebih akrab disebut sebagai bibir sumbing.



Karena kondisi janinnya tidak berbahaya, bayi Megan pun dapat lahir dengan selamat dan tidak mengalami kecacatan apapun. Bayi Megan berjenis kelamin laki-laki dan kemudian diberi nama Conan.

"Dengan pemodelan tiga dimensi ini kita dapat mengatakan itu bukan kanker, bahkan bisa memastikan prosedur apa yang harus kita lakukan berikutnya," tutur Dr Glenn Green dari Mott Children's Hospital kepada CBS News dan dikutip Selasa (13/10/2015).

Dr Green menambahkan ini adalah untuk pertama kalinya teknologi printer 3D dipakai untuk mengetahui kondisi janin. Apalagi selama ini banyak bayi yang dibiarkan mati karena gangguan pernapasan yang terjadi sejak dalam kandungan.

"Kami memang harus bergerak cepat, tetapi dengan teknologi ini, tim dokter dapat memutuskan apa yang harus dilakukan hanya dalam kurun 24 jam," lanjutnya.

Hanya saja Dr Green mengakui hambatan utama dari teknologi ini terletak pada biayanya yang tinggi. Namun seiring dengan makin populernya teknologi serupa untuk keperluan lain, ia meyakini cepat atau lambat harga printer 3D akan lebih terjangkau.

Baca juga: Studi Sebut Kemoterapi dan Radioterapi Selama Kehamilan Tak Bahayakan Janin

Conan sendiri hanya perlu menjalani operasi untuk mengoreksi bibir sumbingnya pada bulan Juni lalu. Rencananya bulan depan ia tinggal menjalani operasi lain untuk memperbaiki celah di langit-langit mulutnya. (lll/up)

Berita Terkait