"Kasus ini menunjukkan bahwa rabies pada manusia adalah penyakit fatal dan kita perlu berpikir out of the box untuk mendiagnosisnya," kata Dr Bhavana Chinnakotla dari University of Missouri yang menangani pasien tersebut, dikutip dari Livescience, Senin (19/10/2015).
Pria 52 tahun yang tidak disebutkan namanya tersebut dilarikan ke unit gawat darurat karena nyeri mendadak di leher, serta kesemutan di lengan kiri. Dokter mengiranya kejang otot dan persendian, lalu pasien diberi obat untuk relaksasi otot yakni cyclobenzaprine.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari-hari pertama di rumah sakit, pasien menolak diberi minum maupun dipasangi oksigen. Hingga saat itu, dokter belum mencurigai infeksi rabies. Padahal, aerofobia (takut udara) dan hydrofobia (takut air) kerap menjadi gejala infeksi rabies.
Baca juga: Berantas Rabies Sampai Habis, Ilmuwan Rencanakan Vaksinasi Anjing Global
Karena tidak juga membaik, dokter melakukan tes untuk mendeteksi beberapa jenis penyakit menular. Di antaranya infeksi virus herpes virus, West Nile virus, sifilis dan demam Rocky Mountain. Semuanya menunjukkan hasil negatif.
Belakangan, baru ketahuan jika pasien tinggal di dekat hutan dan sering memotret binatang liar. Dugaan rabies pun muncul, dan akhirnya terkonfirmasi positif. Sayang, infeksi rabies hampir selalu berakibat fatal. Kondisi pasien terus memburuk dan keluarga memutuskan untuk menghentikan alat bantu kehidupan. Pasien akhirnya meninggal, 40 menit setelah ventilator dilepas.
Di Amerika Serikat, rabies terbilang langka. Kasus ini tercatat sebagai kasus kedua di Missouri dalam 50 tahun terakhir. Penyakit ini bisa ditularkan melalui anjing maupun kelelawar.
Baca juga: Digigit Anjing Rabies Bisa Berakibat Kecanduan Seks (up/up)











































