Tapi, apakah Anda tahu bahwa selain dapat mempercantik penampilan seseorang, pewarna kuku atau kuteks ternyata juga berbahaya bagi tubuh, jika penggunaannya sembarangan. Dikutip dari Fox News, Kamis (22/10/15), berdasarkan studi yang dilakukan oleh Environmental Working Group (EWG) dari Duke University, mewarnai kuku dengan kuteks tertentu bisa menyebabkan terlepasnya bahan kimia endokrin yang berbahaya.
Baca juga: Beragam Penyebab Kuku Menguning : Kuteks Hingga Infeksi Jamur
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu, kadar diphenyl phosphate (DPHP) yang terbentuk ketika tubuh memetabolisme TPHP, meningkat hampir tujuh kali lipat. Ini merupakan masalah yang serius, cat kuku yang dijual kepada wanita dan remaja ternyata mengandung bahan kimia endokrin yang berbahaya," ucap Johanna Congleton, PhD, MSPH, salah satu peneliti senior di EWG.
"Ini bahkan lebih mengagetkan ketika mengetahui dan menemukan bahwa tubuh mereka menyerap bahan berbahaya itu dengan cepat setelah mengoleskan kuteks pada kuku," tambahnya.
Untuk memperkuat studi mereka, para peneliti melakukan tes pada 10 produk pewarna kuku untuk mengetahui apakah produk tersebut mengandung TPHP. Hasilnya, ditemukan bahwa delapan dari sepuluh produk ternyata mengandung TPHP. Menurut data dari Skin Deep Cosmetic EWG, lebih dari 1.500 produk pewarna kuku mengandung TPHP. Studi laboratorium sebelumnya juga menunjukkan bahwa TPHP menyebabkan gangguan endokrin.
Bahkan, studi pada hewan menunjukkan bahan kimia ini bisa menyebabkan masalah reproduksi dan perkembangan. Baru-baru ini, sebuah penelitian menemukan bahwa TPHP dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas. TPHP kemungkinan digunakan sebagai plasticizer dalam cat kuku untuk membuatnya lebih fleksibel dan tahan lama. TPHP juga digunakan untuk pembuatan plastik dan juga sebagai penghambat api pada furnitur berbahan busa.
"Ada kemungkinan bahwa TPHP digunakan dalam cat kuku sebagai pengganti phthalates, yang juga memiliki bahan kimia endokrin yang berbahaya, dan merupakan racun bagi sistem reproduksi. Namun, sangat tidak benar jika TPHP dianggap alternatif yang lebih baik. Bahkan ada bukti yang menunjukkan bahwa TPHP dapat memengaruhi hormon regulasi, metabolisme, reproduksi dan pengembangan," jelas Prof Heather Stapleton, PhD dari Duke University.
Baca juga: Tak Harus 'Meni-Pedi', Merawat Kuku Bisa Dilakukan Sendiri
(rdn/vit)











































