"Agar feses bisa keluar, butuh gerak. Jadi kalau ada orang tiap pagi harus lari-lari dan minum air biar bisa BAB, itu sudah benar," kata dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dalam diskusi di Resto Kembang Goela, Jakarta Selatan, Rabu (4/11/2015).
Kurangnya aktivitas fisik, menurut dr Ari termasuk faktor risiko konstipasi atau susah BAB. Selain itu, risiko susah BAB juga dipengaruhi oleh asupan serat yang terlalu sedikit, obat-obatan, depresi, riwayat pelecehan seksual, dan juga jenis kelamin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Susah Buang Air Besar? 9 Makanan dan Minuman Ini Mungkin Bisa Membantu
BAB dikatakan tidak lancar jika memenuhi sejumlah kriteria seperti tercantum dalam Rome III Diagnostic. Di antaranya adalah frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, serta kesulitan dalam evakuasi feses akibat feses yang keras.
Jika tidak teratasi, konstipasi atau susah BAB bisa memicu komplikasi seperti dispepsia atau begah, polip di saluran pencernaan, serta kekambuhan ambeien. Bahkan berdasarkan data pemeriksaan kolonoskopi, indikasi kanker ditemukan pada 8 persen kasus konstipasi.
Baca juga: Anak Doyan Berantem Bisa Saja Masalahnya Cuma Konstipasi (up/vit)











































