Penelitian oleh Center for Health Statisics menemukan 13 persen anak yang telah dilabeli autis tidak jadi terdiagnosis setelah melewati tes lanjutan.
Saat orang tua disurvei, 74 persen berpikir bahwa pembatalan diagnosa disebabkan oleh adanya informasi baru. Ditandai dengan sang anak mulai menunjukkan perkembangan dari kemampuan sosial dan berbahasa, yang artinya sang anak sudah 'sembuh'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sulitnya diagnosis terhadap kelainan autisme ini menimbulkan pertanyaan, apakah data sekarang sudah sesuai dengan jumlah autisme yang sebenarnya?
Saat ini, Centers of Disease Control and Prevention memperkirakan satu dari 68 anak dipercaya memiliki kelainan spektrum autisme. Data dari tahun 2014 ini meningkat 30 persen dari tahun 2012.
"Kita percaya bahwa autisme sudah lebih merata, tapi kita harus meyakini bahwa angka satu dari 68 orang terdengar sangat meremehkan," ujar Michael Rosanoff, direktur riset kesehatan masyarakat di Autism Speaks seperti dikutip dari CNN pada Senin (30/11/2015).
Studi sebelumnya hanya bersandar pada pertanyaan kepada orang tua dan secara spesifik melihat metodologinya, bukan angka. "Ini adalah waktunya melihat berdasarkan angka dan lebih penting lagi untuk kita tahu berapa banyak orang yang memiliki akses untuk mendapat pelayanan kesehatan yang bisa memperbaiki kehidupannya," pungkas Michael.
Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Deteksi Dini Autisme dengan Senter Kecil (up/up)











































