Kekhwatiran anak-anak terkena autisme biasanya muncul di saat mereka tidak mengalami perkembangan dengan wajar. Akan tetapi, dalam membuat diagsnosa, psikolog harus mempelajari dan mengevaluasi dahulu beberapa perilaku pasien, karena belum adanya tes medis untuk kelainan semacam ini. Menurut Autism Speaks, penilaian tidak bisa dipastikan hingga anak berusia 2 atau 3 tahun, atau hingga perilaku anak menjadi stabil. Padahal, jika diberi latihan dan terapi dari awal, mungkin bisa membuat perbedaan tertentu.
Baca juga: Pasangan Ini Gelar Pernikahan dengan Tema Autisme
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 70 persen dari pengujian, pupil anak-anak dengan autisme terlihat lebih banyak mengerut.
Peneliti mengatakan, bahwa apa yang mereka temukan menguatkan bukti bahwa pupil anak-anak autisme mengerut lebih lambat terhadap kilatan cahaya. "Kami memilih tes ini karena dapat mengidentifikasi peningkatan tekanan cairan serebrospinal, yang jika dipindai akan terlihat gejala-gejala autisme," ujar Lynch seperti dikutip dari Medical Daily pada Jumat (16/10/2015).
Lebih jauh lagi, Lynch dan rekan-rekan juga mengukur saraf kranial dan motilitas okular untuk menjadi bukti adanya kegagalan fungsi saraf pada batang otak. "Hal seperti ini akan menjelaskan kenapa anak dengan autisme sangat kesulitan membuat kontak mata dan sangat sensitif dengan cahaya terang," jelas Lynch. Setelah berhasil divalidasi, tes refleks pupil ini bisa dilakukan secara rutin kepada setiap anak untuk mengetahui apakah ada autisme atau tidak.
Baca juga: Di Sekolah Ini Batik Jadi Sarana Latihan Motorik Anak-anak Autis (up/up)











































