Ilmuwan Kembangkan Deteksi Dini Autisme dengan Senter Kecil

Ilmuwan Kembangkan Deteksi Dini Autisme dengan Senter Kecil

Jeems Suryadi - detikHealth
Jumat, 16 Okt 2015 07:00 WIB
Ilmuwan Kembangkan Deteksi Dini Autisme dengan Senter Kecil
Foto: Thinkstock/Devonyu
Jakarta - Tahukah Anda senter kecil yang biasa digunakan dokter untuk memeriksa pupil pasien? Sekarang, sebuah studi dari Washington State University menemukan bahwa cara tersebut kini bisa memprediksi diagnosa untuk kelainan autisme. Penelitian menunjukan bahwa ujian sederhana ini bisa menjadi alat mengukur kondisi fisiologi dari autisme, gangguan perkembangan saraf yang biasa ditandai dengen kesulitan interaksi sosial dan pola perilaku yang berulang.

Kekhwatiran anak-anak terkena autisme biasanya muncul di saat mereka tidak mengalami perkembangan dengan wajar. Akan tetapi, dalam membuat diagsnosa, psikolog harus mempelajari dan mengevaluasi dahulu beberapa perilaku pasien, karena belum adanya tes medis untuk kelainan semacam ini. Menurut Autism Speaks, penilaian tidak bisa dipastikan hingga anak berusia 2 atau 3 tahun, atau hingga perilaku anak menjadi stabil. Padahal, jika diberi latihan dan terapi dari awal, mungkin bisa membuat perbedaan tertentu.

Baca juga: Pasangan Ini Gelar Pernikahan dengan Tema Autisme 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Georgina Lynch, asisten profesor klinik patologi wicara-bahasa, dan rekan-rekannya bekerja sama dengan 24 anak dan remaja di usia antara 10 dan 17 tahun. Setengah dari pastisipan megalami perkembangan seperti biasa, dan setengahnya memiliki autisme. Selama empat percobaan, peneliti mengukur refleks pupil para partsipan dalam memberi respons terhadap cahaya selama empat detik setiap matanya.

Sebanyak 70 persen dari pengujian, pupil anak-anak dengan autisme terlihat lebih banyak mengerut.

Peneliti mengatakan, bahwa apa yang mereka temukan menguatkan bukti bahwa pupil anak-anak autisme mengerut lebih lambat terhadap kilatan cahaya. "Kami memilih tes ini karena dapat mengidentifikasi peningkatan tekanan cairan serebrospinal, yang jika dipindai akan terlihat gejala-gejala autisme," ujar Lynch seperti dikutip dari Medical Daily pada Jumat (16/10/2015).

Lebih jauh lagi, Lynch dan rekan-rekan juga mengukur saraf kranial dan motilitas okular untuk menjadi bukti adanya kegagalan fungsi saraf pada batang otak. "Hal seperti ini akan menjelaskan kenapa anak dengan autisme sangat kesulitan membuat kontak mata dan sangat sensitif dengan cahaya terang," jelas Lynch. Setelah berhasil divalidasi, tes refleks pupil ini bisa dilakukan secara rutin kepada setiap anak untuk mengetahui apakah ada autisme atau tidak.

Baca juga: Di Sekolah Ini Batik Jadi Sarana Latihan Motorik Anak-anak Autis  (up/up)

Berita Terkait