Demam karena virus zika dikatakan oleh kementerian menjadi penyebab kondisi ensefalitis mikro atau peradangan otak di bulan pertama kehamilan. Hal ini membuat pertumbuhan kepala janin menjadi terhambat dan bayi akhirnya lahir cacat.
Dikutip dari BBC pada Selasa (1/12/2015), virus zika di Brazil pertama kali diidentifikasi pada April 2015 lalu dan menyebar cepat hingga ke 18 negara bagian. Kementerian Kesehatan Brazil mencatat hingga sekarang virus telah menyebabkan dua kasus kematian dan 739 kasus ensafalitis mikro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim pakar dari World Health Organization (WHO) rencananya minggu depan akan mengunjungi Brazil untuk menginvestigasi.
Lembaga Bimolekuler Eijkman pada pertengahan November 2015 juga telah mengkonfirmasi keberadaan virus Zika di Indonesia. Meski belum ada pasien yang dilaporkan terjangkit, Kementerian Kesehatan Indonesia tetap waspada dan berencana menindaklanjutinya dengan studi epidemologi.
"Semua penyakit berbahaya jika tidak ditangani secara baik. Akan dilakukan penyelidikan epidemologi terhadap hal ini," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh, MPH seperti diberitakan detikHealth beberapa waktu lalu.
Virus zika sendiri sebenarnya masih berkerabat dengan virus penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya yakni flavivirus. Virus yang ditularkan melalui nyamuk ini pertama kali diisolasi dari monyet rhesus yang terinfeksi di Hutan Zika, Uganda pada tahun 1947.
Baca juga: Kemenkes Sudah Terima Laporan Infeksi Virus Zika di Indonesia (fds/up)











































