Salah satu kalangan tersebut adalah pada kelompok usia remaja. Lembaga United Nations Children's Fund (UNICEF) khawatir bila hal ini didiamkan akan muncul epidemi tersembunyi yang dapat menghambat upaya pengentasan penyakit.
Menurut laporan terakhir UNICEF, di Asia HIV paling banyak menyebar di kalangan remaja pria gay dan biseksual. Satu faktor penyebab peningkatan tersebut adalah semakin meningkatnya aktivitas seks berganti-ganti pasangan berkat bantuan aplikasi kencan online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wing-Sie Cheng, penasihat regional UNICEF untuk HIV dan AIDS di Bangkok mengaku khawatir bahwa maraknya aplikasi kencan online menempatkan banyak kaum muda kepada bahaya.
"Bukan dari satu orang ke satu orang lain. Tapi dari satu ke banyak orang sehingga risiko terkena HIV jadi meningkat," kata Cheng seperti dikutip dari BBC pada Senin (7/12/2015).
Meski tak ada bukti langsung yang mengaitkan antara penyebaran HIV-AIDS dengan aplikasi online, mudahnya memperoleh smart phone dan populernya media sosial saat ini sudah bisa mengarah pada bahaya. Untuk itu UNICEF tengah berusaha mendorong agar para penyedia aplikasi bisa turut aktif memperingatkan pengguna terhadap risiko HIV-AIDS.
"Kami perlu berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang bisa dimengerti, dengan bahasa mereka sendiri. Tugas kami bukan menghakimi mereka tetapi untuk memfasilitasi akses kesehatan yang lebih baik," lanjut Cheng.
Beberapa pengembang aplikasi diketahui saat ini sudah ada yang memasang peringatan HIV agar bisa dilihat oleh pengguna. Satu aplikasi bernama Grindr bahkan kini mendorong penggunanya untuk melakukan tes HIV dengan menunjukkan tempat tes terdekat.
Baca juga: Tanjung Priok Dinilai Rawan, Pokja HIV Adakan Tes Gratis untuk ABK
(fds/up)











































