Bukan hanya di IPB, infeksi hepatitis A di manapun selalu mendapat perhatian. Lain halnya dengan hepatitis B yang menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 prevalensinya di Indonesia mecapai 9,4 persen, dan hepatitis C yang diperkirakan mencapai 1,5 persen hingga 2 persen.
Padahal dilihat dari risikonya, hepatitis A jauh lebih ringan. Pakar hepatitis dari Divisi Hepatobilier, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Irsan Hasan, SpPD, KGEH, FINASIM menyebut 99 persen infeksi hepatitis A akan sembuh total.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hepatitis A bersifat akut dan bisa sembuh total dengan sendirinya, sedangkan hepatitis B dan C bisa berkembang menjadi kronis dan memicu sirosis (pengerasan hati) maupun kanker dan kematian akibat kegagalan fungsi hati. Lalu kenapa hepatitis kronis tidak pernah menjadi heboh?
"Karena hepatitis A sekali kasus langsung banyak yang kena, sedangkan B dan C yang kena satu-satu dan dampaknya baru kelihatan bertahun-tahun kemudian," jelas dr Irsan.
Baca juga: Jangan Remehkan Kasus IPB, Hep-A Pernah Picu Epidemi dan Rumor Sabotase
Jika virus hepatitis A menular melalui orofekal atau kuman dari kotoran yang masuk ke mulut, virus hepatitis B dan C hanya menular lewat cairan tubuh terutama darah. Menggunakan jarum suntik yang tidak steril, pisau cukur besar orang yang terinfeksi, serta hubungan seks yang tidak aman, adalah beberapa cara penularan hepatitis B dan C.
Pada tahap awal, hepatitis B dan C kadang tidak bergejala. Jika tidak tertangani, setelah bertahun-tahun bisa berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Tidak salah jika dr Irsan menyebutnya sebagai 'silent killer' atau pembunuh senyap.
Baca juga: KLB Hepatitis A di IPB dan Kerentanan Lingkungan Kampus
(up/vit)











































