dr Yassin Yanuar, MIB, SpOG dari SMART-IVF RS Anna Pekayon mengatakan gaya hidup seperti merokok dan konsumsi alkohol bisa memperburuk kualitas sel telur. Selain itu asupan yang dikonsumsi wanita juga turut memengaruhi kualitas dan kuantitas sel telurnya.
"Lalu, bagaimana keseharian dia dan gimana aktivitasnya. Apakah tiap hari terpapar radiasi atau polusi yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas sel telurnya," kata dr Yassin di sela-sela seminar media 'SMART IVF Indonesia' di Bebek Bengil Resto, Jl Agus Salim, Jakarta, Selasa (22/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia ini kaya matahari. Tapi 50 persen wanita di sini mengalami defisiensi vitamin D karena gaya hidupnya, malas berjemur, nggak mau kena matahari," kata dr Iko, sapaan akrab dr Budi Wiweko.
Baca juga: Seksolog: Harus Ada Pembuahan, Seks Oral Takkan Sebabkan Kehamilan
dr Iko menambahkan, gangguan ovulasi atau gangguan kematangan sel telur juga dapat membuat sel telur tidak bisa dibuahi oleh sperma. Kemudian, kondisi saluran telur di mana salah satu atau keduanya terdapat sumbatan atau tidak juga bisa berpengaruh. Selain itu, gangguan di rahim seperti terdapat polip atau kista juga memengaruhi jumlah dan kualitas sel telur.
Obesitas atau terlalu kurus juga bisa menyebabkan gangguan pematangan sel telur. Saat wanita terlalu kurus, maka ia bisa kekurangan lemak di tubuhnya. Padahal, di dalam lemak terdapat hormon leptin yang jika jumlahnya kurang bisa mengganggu sinyal dari otak untuk memproduksi sel telur.
"Pada wanita Obesitas, kandungan kadar hormon leptin yang berlebih bisa mengganggu kerja hormon insulin untuk memasukkan gula ke dalam darah. Saat nggak bisa memasukkan gula ke dalam darah, produksi hormon insulin lebih tinggi dan produksi sel telur terganggu karena terangsangnya hormon testosteron," kata dr Iko.
Baca juga: Beda Nasib Sperma pada Pembuahan Alami Vs Bayi Tabung (rdn/vit)











































