Sel punca sendiri adalah sel cetak biru yang bisa dikembangkan menjadi jaringan atau organ apa saja. Artinya dengan teknologi yang memadai seharusnya berbagai macam penyakit degeneratif atau penurunan fungsi organ bisa diatasi.
Manajer Riset dan Pelayanan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), menjelaskan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai salah satu rumah sakit pusat riset sel punca sudah melakukan eksperimen. Pasien yang jadi fokus adalah mereka yang 'tak bisa diobati'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau di FKUI-RSCM kita punya unit pelayanan terpadu stem cell. Selama ini fokus kita pengobatan stem cell pada kasus cedera tulang belakang, diabetes melitus, kemudian jantung, sama fraktur yang tak bersatu tulangnya," kata dr Wiweko yang akrab disapa dr Iko ini, seperti dikutip pada Kamis (7/1/2016).
Bagaimana bila ada pasien ingin turut berpartisipasi? dr Iko menjelaskan prosedurnya adalah dengan datang ke RSCM lalu menuju klinik terkait sesuai penyakit yang memang jadi fokus riset. Misal pasien dengan cedera tulang bisa ke klinik ortopedi lalu berbicara dengan dokternya terkait pengobatan sel punca.
Dokter kemudian akan menilai apakah pasien sesuai dengan kategori dan kandidat yang baik untuk mendapatkan terapi eksperimen sel punca.
"Pasien direkrut diperiksa segala macam. Memang sebagian besar untuk pembiayaannya merupakan CSR (Corporate Social Responsibility -red) dari perusahaan-perusahaan tertentu dan dibantu juga dari dana riset FKUI," kata dr Iko.
"Tentu kita tak terlalu banyak massal ratusan. Satu pasien itu biayanya jutaan," pungkasnya.
Baca juga: Dengan Sel Punca, Tulang Rawan yang Rusak Bisa Ditumbuhkan Kembali (fds/up)











































