Namun kebiasaan masyarakat Indonesia untuk memeriksakan dirinya terkait HIV belum tinggi. Padahal ketika seseorang sudah terlibat kegiatan berisiko tinggi seperti hubungan seks bebas dan pemakaian jarum tak steril maka dirinya secara otomatis harus curiga kena penyakit meski merasa sehat.
dr Adimurti T Sampurna, SpKK, dari Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan pemakaian jarum untuk tato misalnya bisa juga menularkan HIV, tak selalu karena jarum untuk narkotika. Bila seseorang baru mendapatkan tato maka ia wajib untuk menjalani tes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lewat Rekayasa Gen, Alternatif Pengobatan HIV Tengah Dikembangkan
"Kalau mau mendapat tato ya cari tempat yang sudah bersertifikat. Bersih dan aman," lanjutnya.
Baru setelah HIV berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), banyak gejala yang dapat diperhatikan dengan jelas. Tapi kalau dibiarkan sampai pada tahap tersebut maka pemberian obat tentu untuk menekan virus tak bisa banyak membantu.
"Kalau sudah AIDS gejalanya itu bisa berat turun 10% dari berat badan normalnya tapi bukan karena diet. Habis itu diare juga, buang air besar yang enggak sembuh-sembuh sampai bulanan," kata dr Adi.
Baca juga: Tingkatkan Kesadaran HIV-AIDS Remaja, PERDOSKI Rangkul Pelajar SMA (fds/up)











































