Bagaimana tidak, virus dengue masih menjadi problem tahunan di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Selama ini, belum pernah ada obat yang benar-benar terbukti ampuh menangkal infeksi virus penyebab demam berdarah dengue (DBD) yang mematikan ini.
Hingga akhirnya pada Desember 2015, Meksiko menjadi negara pertama yang mendaftarkan Dengvaxia, nama dagang dari vaksin CYD Tetravalent Dengue Vaccine (CYD-TDV) buatan Sanofi Pasteur. Vaksin dengan efektivitas hingga 88,5 persen ini didaftarkan penggunaannya untuk usia 9-45 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sedang Didaftarkan, Vaksin DBD Akan Tersedia Paruh Kedua 2015
Sebelumnya, kritik juga mencuat terkait jenis virus yang bisa ditangkal oleh Dengvaxia. Dari 4 serotipe virus dengue yang dikenal, perlindungan terhadap serotipe DENV-2 masih dikategorikan lemah. Sejumlah pakar mengkhawatirkan, lemahnya perlindungan terhadap serotipe tertentu berpengaruh pada sistem imun dan justru meningkatkan risiko terinfeksi serotipe lainnya.
Indonesia memang masih akan meninjau hasil uji klinis vaksin tersebut. Namun mengingat kasus DBD selalu tinggi di awal tahun saat curah hujan meningkat, kehadiran vaksin dengue tetap sangat diharapkan. Kementerian Kesehatan mengisyaratkan, vaksin ini sudah bisa digunakan pada 2017.
"Daripada nggak ada sama sekali, ya mending ada walaupun belum sempurna," kata Drs Tedjo Sasmono, PhD, peneliti dengue dari lembaga biomolekuler Eijkman, ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Selasa (12/1/2015).
Baca juga: Dalam Uji Klinis, Kemenkes Targetkan Vaksin DBD Selesai 2017 (up/vit)











































