Penantian Panjang Vaksin DBD: Meksiko Sudah Pakai, Indonesia Kapan?

Penantian Panjang Vaksin DBD: Meksiko Sudah Pakai, Indonesia Kapan?

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Selasa, 12 Jan 2016 17:33 WIB
Penantian Panjang Vaksin DBD: Meksiko Sudah Pakai, Indonesia Kapan?
Foto: thinkstock
Jakarta - Vaksin pertama di dunia untuk virus dengue (DENV) telah didaftarkan penggunaannya di Meksiko baru-baru ini. Meski masih punya sejumlah kekurangan, vaksin buatan Prancis ini termasuk vaksin paling dinanti-nanti.

Bagaimana tidak, virus dengue masih menjadi problem tahunan di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Selama ini, belum pernah ada obat yang benar-benar terbukti ampuh menangkal infeksi virus penyebab demam berdarah dengue (DBD) yang mematikan ini.

Hingga akhirnya pada Desember 2015, Meksiko menjadi negara pertama yang mendaftarkan Dengvaxia, nama dagang dari vaksin CYD Tetravalent Dengue Vaccine (CYD-TDV) buatan Sanofi Pasteur. Vaksin dengan efektivitas hingga 88,5 persen ini didaftarkan penggunaannya untuk usia 9-45 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penggunaannya yang terbatas pada rentang usia tersebut menjadi salah satu catatan tersendiri. Tico Times News menyebut bahwa kelompok paling rentan mengalami kematian akibat DBD, yakni anak-anak dan lansia, justru tidak terlindungi oleh vaksin tersebut.

Baca juga: Sedang Didaftarkan, Vaksin DBD Akan Tersedia Paruh Kedua 2015 

Sebelumnya, kritik juga mencuat terkait jenis virus yang bisa ditangkal oleh Dengvaxia. Dari 4 serotipe virus dengue yang dikenal, perlindungan terhadap serotipe DENV-2 masih dikategorikan lemah. Sejumlah pakar mengkhawatirkan, lemahnya perlindungan terhadap serotipe tertentu berpengaruh pada sistem imun dan justru meningkatkan risiko terinfeksi serotipe lainnya.

Indonesia memang masih akan meninjau hasil uji klinis vaksin tersebut. Namun mengingat kasus DBD selalu tinggi di awal tahun saat curah hujan meningkat, kehadiran vaksin dengue tetap sangat diharapkan. Kementerian Kesehatan mengisyaratkan, vaksin ini sudah bisa digunakan pada 2017.

"Daripada nggak ada sama sekali, ya mending ada walaupun belum sempurna," kata Drs Tedjo Sasmono, PhD, peneliti dengue dari lembaga biomolekuler Eijkman, ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Selasa (12/1/2015).

Baca juga: Dalam Uji Klinis, Kemenkes Targetkan Vaksin DBD Selesai 2017 (up/vit)

Berita Terkait