Sang ibu, Sabrina mengaku baru tahu bila janinnya mengalami komplikasi saat menjalani pemeriksaan kandungan di usia 20 minggu. Padahal di usia 16 minggu, hasil scanning janinnya tampak baik-baik saja.
"Saya kira ini staf rumah sakit telah memeriksa kelengkapan fisik janin saya juga. Jadi saya sangat terkejut ketika mereka mengatakan Taliya tak punya tangan," kenangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu memasuki usia enam minggu, Taliya langsung dipakaikan tangan prostetik. Staf di rumah sakit tersebut juga terus mengawasi dan mengganti tangan prostetik Taliya dari tahun ke tahun hingga usianya memasuki 7 tahun.
![]() |
Baca juga: Haru! Ketika Kakek dan Cucu yang Sama-sama Tak Punya Tangan Kanan Bertemu
Namun yang membuat Sabrina dan staf di rumah sakit tersebut kagum padanya adalah Taliya selalu berusaha mencoba sesuatu tanpa tangan prostetiknya, padahal gadis kecil ini bisa leluasa memilih organ prostetik seperti apa yang diinginkannya dan kapanpun.
"Ia selalu ingin membuktikan bahwa ia bisa melakukan apapun seorang diri. Saat dihadapkan pada kesulitan, ia baru memakai tangan prostetiknya, tetapi ia selalu mencoba sesuatu tanpa alat bantunya itu," urai Sabrina.
Tak heran bila kemudian Taliya getol menjalani hobi yang tak biasa seperti akrobat, renang, ice skating, hingga senam, meski memiliki keterbatasan fisik. Untungnya, orang tua dan keluarga besarnya selalu memberikan dukungan penuh kepadanya.
Hingga suatu ketika Taliya dihadapkan pada persoalan di mana ia kesulitan melakukan gerakan yang rumit, terutama yang membutuhkan kedua tangan atau fleksibilitasnya.
Hal ini ditanggapi staf Portsmouth Enablement Centre dengan membuatkannya sebuah perangkat khusus. Perangkat itu semacam penahan dari karet yang tinggal dipasangkan ke tangan prostetiknya.
Dengan menggunakan alat itu, Taliya bisa melakukan handstand atau berputar sambil jungkir balik tanpa perlu khawatir tangan prostetiknya terganggu atau rusak. Ia juga bisa melakukan gerakan yang lebih kompleks seperti backbends di mana tubuhnya menekuk ke belakang.
"Taliya datang sendiri kepada kami dan mengatakan apa yang ia inginkan, lalu kami bersama-sama berupaya mencarikan solusinya," ungkap salah satu ahli prostetik dari Portsmouth Enablement Centre, Emily Harrison yang juga kenal akrab dengan Taliya dan keluarganya.
![]() |
Benar saja, karena dibuat sesuai keinginan dan kebutuhan bocah berumur 8 tahun itu, kini ia semakin aktif berlatih senam. "Akhirnya saya bisa melakukan cartwheels dan handstand yang sebelumnya tak pernah bisa saya lakukan. Alat ini juga menambah keseimbangan saya," tutup Taliya seperti dikutip dari Portsmouth.co.uk, Jumat (15/1/2016).
Baca juga: Kisah Kanya, Menjadi Model Meski Tak Punya Kaki
Kondisi yang dialami Taliya saat masih dalam kandungan dan mengakibatkan tangannya tidak terbentuk sempurna ini biasa disebut dengan 'amniotic amputation'. 'Amniotic amputation' dapat ditemukan pada satu dari tiap 4.000 kehamilan. (lll/vit)













































