Prof Dra Setyowati, SKp, M.App.Sc, PhD mengungkapkan perawat seyogianya memiliki kompetensi berupa skill, knowledge, attitude, dan satu komponen yang tak kalah penting yakni caring.
"Caring itu penting dimiliki perawat. Dengan memiliki caring, kita bisa merasa bahwa pasien membutuhkan kita," kata Prof Wati usai upacara pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/1/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wah, Boneka Ini Bisa Dipakai Dokter Latihan Bantu Persalinan Pasien
"Misalnya ada orang sakit sedang terbaring di UGD, dia bisa merasa aman karena dia yakin ini nanti bakal ada perawat yang menolong dia. Makanya caring itu penting sekali dimiliki perawat selain skill, knowledge, dan attitude ya," tegas Prof Wati.
Ia mencontohkan, caring yang dimiliki perawat bisa membantu pasien, misalnya pada kasus HIV-AIDS. Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) tidak akan malu mengakui statusnya jika perawat di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan bisa memahami kondisi mereka dan caring terhadap mereka. Sehingga, tidak lagi timbul stigma atau diskriminasi.
Sebab, dalam penelitian Prof Wati yang berjudul 'Pencegahan Penularan HIV-AIDS di Lingkungan Ibu Rumah Tangga dengan Pemberdayaan Petugas Kesehatan dan Pelibatan Keluarga di Indonesia' masih ditemukan stigma dan diskriminasi dari tenaga medis, termasuk perawat dan dokter.
"Ada ODHA, ibu-ibu gitu ya, yang cerita kalau perawat bahkan ada yang nggak mau berdekatan dengan dia. Kadang kalau takut, ya diserahkan saja itu pasien pada keluarganya, kan kasihan. Kalau kayak gitu ODHA-nya jadi enggan berobat dan minum ARV, akhirnya apa, bisa menular ke anaknya kalau dia hamil kan," kata Prof Wati.
Baca juga: Ini Alasan Dokter Layanan Primer Harus Ada di Indonesia
(rdn/ajg)











































