Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam 'BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology' mengungkapkan bahwa tingkat depresi kedua orang tua turut memengaruhi risiko bayi lahir prematur.
Dalam studi tersebut, para ahli di Swedia meneliti angka kelahiran prematur pada lebih dari 350 ribu kelahiran antara tahun 2007 dan 2012. Untuk responden pria dan wanita, depresi didefinisikan oleh tim sebagai kondisi yang memerlukan obat antidepresan. Mereka yang memerlukan rawat inap atau rawat jalan untuk mengatasi depresi juga masuk dalam kategori ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Depresi dari suami dapat dianggap sebagai sumber penyebab stres untuk istri yang sedang hamil. Kondisi ini tentu saja dapat menyebabkan peningkatan risiko kelahiran prematur, seperti yang kami temukan," tutur Prof Andres Hjern, dari Centre for Health Equity Studies, Stockholm, seperti dikutip dari Mirror, Jumat (22/1/2016).
Hjern melanjutkan, depresi pada calon ayah juga dapat memengaruhi kualitas sperma dan memberikan efek epigenetik pada DNA bayi. Sementara pada calon ibu depresi dapat memengaruhi fungsi plasenta.
Mengamini hasil studi ini, dokter kandungan dan kebidanan dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG), Dr Patrick O'Brien, mengajak pasangan yang tengah merencanakan kehamilan untuk mencegah depresi. "Terutama mereka yang mudah marah atau cemas berlebihan. Jika perlu lakukan konsultasi dengan ahlinya untuk mencegah hal-hal buruk terjadi di kemudian hari," tutur O'Brien.
Baca juga: Ingat! Pada Kasus Infertilitas, Suami dan Istri Harus Sama-sama Diperiksa (ajg/up)











































