Mengapa konsumsi fast food perlu dibatasi? Menurut Prof Hardinsyah, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, karena dalam fast food banyak kandungan lemak dan garam.
"WHO dan Kemenkes juga menyarankan untuk batasi konsumsi lemak, garam dan gula. Jadi tidak berarti itu tidak boleh, tapi perlu dibatasi," jelas Prof Hardin saat ditemui di sela-sela acara Karnaval Ayo Melek Gizi 2016, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/1/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fast food antara lain dimasak dengan cara digoreng. Nah, kalau bisa dipastikan bagaimana minyak yang digunakan. Karena minyak goreng yang digunakan berkali-kali tidak dianjurkan lantaran struktur lemak dalam minyak bisa berubah menjadi lemak trans akibat pemanasan berkali-kali dan dengan suhu tinggi. Nah, lemak trans merupakan lemak jahat yang dapat meningkatkan kolesterol darah dan berbahaya bagi kesehatan.
"Jadi kita harus paham, gorengannya seperti apa, minyaknya bukan yang berkali-kali bukan minyak jelantah atau itam. Jadi kalau sekali seminggu atau dua minggu silakan selagi tidak berlebihan," kata Prof Hardin.
Jika sulit memastikan apakah makanan di luar sana menggunakan minyak yang digunakan berkali-kali atau tidak, lebih baik masak sendiri saja makanan untuk si kecil. Sebab orang tua bisa memastikan bahan makanan yang seperti apa yang akan digunakan. Selain lebih segar, juga lebih sehat.
Baca juga: Yuk, Perbaiki Lingkungan Makan Demi Pertumbuhan Tulang Anak yang Baik (vit/vit)











































