Penelitian paling mutakhir dilakukan ilmuwan asal China, Zilong Qiu dan timnya. Mereka menciptakan beberapa ekor monyet yang susunan genetiknya dimodifikasi agar membawa gen pada manusia yang selama ini dikaitkan dengan perilaku autisme.
Gen yang dimaksud bernama MECP2. Pada manusia, gen MECP2 dalam jumlah berlebih mendorong munculnya sebuah kondisi yang disebut 'sindrom duplikasi MECP2' yang mirip dengan gangguan spektrum autisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barulah setelah itu peneliti mengamati gerak-gerik mereka. Menurut peneliti, kemampuan mental mereka tampak normal-normal saja, namun tidak dengan perilakunya. Semisal, pada monyet biasa, mereka suka berkelompok dan melakukan kegiatan seperti mencari kutu bersama.
Tetapi monyet-monyet modifikasi yang disebut 'monyet transgenik' ini terlihat kurang begitu bisa bersosialisasi. Mereka juga tidak melakukan gerakan bervariasi, hanya berputar-putar secara berulang-ulang.
Monyet transgenik juga memperlihatkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi ketika berhadapan dengan manusia, seakan-akan merasa 'terancam' dengan keberadaan mereka.
Baca juga: Anak Sering Sakit Perut? Peneliti Sebut Ini Gejala Awal Autisme
Namun peneliti yakin, monyet lebih pas digunakan untuk mempelajari kondisi genetik manusia ketimbang tikus, meski tikus lebih banyak dipakai dalam percobaan semacam ini. "Tapi apakah tikus maka dapat meniru gejala autisme pada manusia dengan baik?. Jadi tikus ini memberikan model yang sangat unik," tegas Zilong.
Sembari melakukan penelitian, timnya juga melakukan proses brain imaging untuk mengidentifikasi sirkuit otak yang mana yang bertanggung jawab terhadap munculnya perilaku autisme.
Tim peneliti dari Institute of Neuroscience, Chinese Academy of Science, Shanghai tersebut berharap studi ini dapat membantu mengembangkan terapi baru untuk autisme, seperti dikutip pada Senin (1/2/2016).
Terlepas dari itu, mereka mengakui menggunakan monyet sebagai hewan percobaan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Belum lagi soal alasan etika, kendati peneliti mengaku pihaknya sudah melakukan penelitian sesuai dengan protokol yang ditentukan.
Baca juga: Tak Hanya Gen, Lingkungan Juga Pengaruhi Anak Lahir dengan Autisme (lll/vit)











































