Penelitian tahun 2014 ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner Berlin. Salah seorang peneliti, Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), menjelaskan bahwa skor positif pada 2 poin pertanyaan atau lebih menunjukkan adanya kemungkinan gangguan tidur OSA.
"Kita melihat prevalensi saja. Ternyata cukup lumayan pada polisi," kata dr Agus, ditemui dalam simposium OSA di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (10/2/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seseorang dengan gangguan OSA mengalami henti napas berulang kali saat tidur akibat sumbatan atau penyempitan saluran napas. Akibatnya, suplai oksigen berkurang. Risiko mengalmai gangguan fungsi organ meningkat, sedangkan kualitas tidur mengalami penurunan.
Pada penelitian tersebut, dr Agus mengaku tidak secara khusus meneliti penyebab tingginya kasus gangguan tidur OSA pada polisi. Namun berdasarkan pengamatan, sebagian besar disebabkan oleh kelebihan berat badan yang ditandai dengan indeks massa tubuh yang tinggi.
"Kita teliti sebagian besar memang itu, indeks massa tubuh (IMT). Faktor risiko paling sering memang itu, IMT sama lingkar leher lebih dari 40 cm," jelas dr Agus.
Baca juga: Sleep Apnea, Ketika Napas Mendadak Berhenti Saat Tidur
(up/vit)











































