"Pada remaja yang agak keras, sebenarnya tidak harus dihadapi dengan cara yang keras juga misalnya dimarahi. Sebab, orang tua pun harus tahu bahwa ada saat-saat anak bisa kita gandeng," tegas psikolog anak dan remaja dari RSAB Harapan Kita, Ade Dian Komala MPsi.
Ketika berbincang dengan detikHealth baru-baru ini, Ade mengatakan bisa saja ketika dinasihati anak justru lebih galak ketimbang orang tua karena waktunya yang kurang tepat. Saat pulang sekolah kemudian anak sedang lelah menurut Ade bukan waktu yang tepat bagi orang tua menasihati atau 'menginterogasi' anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, coba cari waktu yang tepat misalnya ketika santai sore, menonton TV, atau menjelang waktu tidur di mana orang tua bisa masuk ke kamar anak baru kemudian beri ia nasihat atau wejangan. Ade menekankan, orang tua harus tahu kondisi anak saat itu. Dalam kondisi lelah, anak memang tidak bisa dinasihati atau diberi saran karena yang justru terjadi adalah munculnya konflik.
"Tapi ada juga anak yang sudah kita nasihati dengan halus dia tetap galak atau bawel. Itu karena tempramen anaknya ya, bawaan dari lahir. Sehingga memang nggak mudah menasihatinya dan butuh proses pembelajaran dan pemberian nasihat berulang dengan cara pelan-pelan. Jadi pendekatannya beda," tutur Ade.
Sayangnya, seringkali orang tua merasa putus asa ketika mereka berusaha menasihati anaknya karena si anak dianggap terlalu 'keras' dan bandel. Dengan melakukan blocking seperti itu, orang tua akan merasa pesimistis sehingga akan sulit jika ingin 'masuk' ke kehidupan anak.
"Orang tua juga harus positif dalam melihat anak. Setiap tingkah laku yang dikeluarkan anak bukan pesan yang sesungguhnya. Kalau dia ngomel bisa saja anak tadi abis berantem sama temannya di sekolah. Orang tua memang harus peka. Saat anak ngomel, suruh dia makan dulu terus istirahat. Jadi anak merasa orang tua bisa mengerti dia," tutup Ade.
Baca juga: Orientasi Seks Sesama Jenis Kelamin, Bisakah Dilihat Sejak Dini?
(rdn/vit)











































