Jika Anda salah satunya, maka kini Anda tak perlu khawatir berlebihan. Studi terbaru menunjukkan bahwa gula di buah-buahan tidak sama seperti pemanis yang ada di gula pasir, soda dan makanan manis.
Gula alami ini juga tidak sama seperti madu, gula tebu, sirup jagung tinggi fruktosa, dan bentuk lain dari gula yang biasa ditambahkan ke banyak makanan olahan. Dikonsumsi bersamaan dengan serat alami buah, maka tubuh akan menjadi lebih lambat dalam proses penyerapan gula buah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, ketika kadar glukosa meningkat, pankreas memproduksi insulin. Insulin ini memberi sinyal agar sel menyerap glukosa sehingga dapat digunakan langsung sebagai energi atau disimpan dalam hati dan otot.
Oleh sebab itu, terlalu banyak makan makanan yang manis dan mengandung gula tinggi disebut-sebut dapat membuat terjadinya lonjakan gula darah dan pankreas pun harus bekerja ekstra. Seiring waktu, risiko diabetes tipe 2 pun meningkat.
Beberapa asupan yang diketahui tinggi karbohidrat dan rendah lemak seperti roti putih, biskuit, dan kue kerap dianggap menjadi biang keladi diabetes jika dikonsumsi berlebihan. Begitu juga dengan minuman manis seperti soda dan jus buah kemasan. "Berbeda dengan buah. Gula alami dalam buah utuh memiliki serat, sehingga tidak akan membuat gula darah melonjak drastis," tutur Ludwig.
Ya, konsumsi buah memiliki segudang manfaat bagi kesehatan, salah satunya mengurangi risiko kanker payudara. Seperti disampaikan oleh para peneliti dari Harvard T.H Chan School of Public Health dan dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics, untuk setiap tambahan 10 gram asupan serat harian, misalnya dari sebuah apel, pada masa dewasa awal, risiko kanker payudara menurun sebesar 13 persen.
Baca juga: Banyak Makan Buah dan Sayur Saat Remaja, Risiko Kanker Payudara Bisa Drop (ajg/up)











































