Pemimpin studi Dr Elizabeth Poole-Di Salvo dari Weill Cornell Medical Center, New York, mengatakan hal tersebut diketahui setelah ia meneliti data dari 8.600 anak di usia 12-16 tahun. Lewat telepon ia bersama timnya mewawancarai orang tua dari anak-anak tersebut.
Diketahui dari seluruh sampel sekitar 10% anak tinggal di lingkungan keluarga dengan kondisi minim makanan bernutrisi. Penyebabnya beragam mulai dari kemiskinan, pendidikan, tingkat depresi, lingkungan yang tak aman, sampai tingkat kesehatan semua memiliki peran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ekspresi Wajah Orangtua Pengaruhi Selera Makan Anak
Lebih detail kelompok remaja dengan masalah makanan ditemukan peneliti memiliki 26% masalah perilaku sementara remaja lainnya hanya 11%. Remaja dengan masalah makanan juga 22% hiperaktif sementara pada kelompok remaja umumnya hanya 10%. Terakhir remaja dengan masalah makanan 20% terlibat masalah dengan teman sebayanya sementara remaja lainnya hanya 9%.
"Temuan ini semakin memperluas pemahaman kita mengenai masalah kerawanan pangan dan implikasinya. Temuan menunjukkan bahwa kerawanan pangan adalah faktor independen untuk masalah kesehatan mental di antara kalangan remaja," kata Elizabeth seperti dikutip dari Reuters pada Senin (29/2/2016).
Menurut Elizabeth meski setelah remaja dengan masalah makanan diikutsertakan program jajan murah di sekolah, hasilnya tetap saja sama. Dalam studi yang dipublikasi di jurnal Academic Pediatrics peneliti mengambil kesimpulan hal ini bisa terjadi kemungkinan karena stres.
"Meski kami tak bisa menarik hubungan sebab akibat dari studi ini, kami curiga ekspos terhadap kerawanan pangan pada masa remaja dapat membuat asupan nutrisinya kurang dan meningkatkan stres psikologis," tutup Elizabeth.
Baca juga: Perhatikan, Kebiasaan Ini Bisa Bikin Anak Jadi Susah Makan (fds/ajg)











































