Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia, DY Suharya, mengatakan demensia dan alzheimer merupakan masalah kesehatan serius karena dampaknya tak hanya dirasakan oleh pasien. Namun juga dirasakan oleh keluarga atau caregiver.
"Problem besar karena efeknya juga akan ke keluarga. Jadi nggak kerja karena harus ngurusin orang tuanya, beban stres besar dan jadinya depresi," tutur wanita yang akrab disapa DY tersebut, di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (10/3/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marc menegaskan bahwa semakin tingginya angka harapan hidup manusia, semakin banyak pula jumlah masyarakat lanjut usia (lansia) di bumi. Di sisi lain, pemahaman masyarakat soal demensia dan alzheimer juga masih tergolong rendah.
Baca juga: Kemenkes Luncurkan Strategi Nasional Penanggulangan Alzheimer dan Demensia
"Mungkin dianggap biasa orang yang sudah tua dianggap pelupa ini dan itu. Tapi alzheimer dan demensia merupakan penyakit yang menyerang otak. Bisa jadi yang dilupakan bukan hanya satu atau dua benda, tapi juga lupa keluarga dan lingkungan sekitar," tuturnya.
Oleh karena itu, alzheimer dan demensia tak boleh dianggap sepele. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kejiwaan dan NAPZA Kementerian Kesehatan, dr Fidiansjah, SpKJ, mengatakan pikun dan pelupa merupakan gejala penyakit yang harus segera mendapat pertolongan agar tidak semakin parah.
"Lansia jadi pikun kan bukan maunya dia. Dan ingat, lansia tidak harus pikun. Dengan pencegahan sejak dini, berolahraga teratur, melakukan pola hidup sehat, tidak merokok, akan membuat seseorang menjadi lansia produktif ketika tua," pungkasnya.
Baca juga: Wah, Robot Ini Digadang Sebagai Caretaker Pasien Demensia di Masa Depan (mrs/vit)











































