Namun nyatanya, rambut Simon tak pernah tumbuh lagi hingga sejak berusia enam tahun, pria 44 tahun itu selalu memakai wig. Menjalani kegiatan dengan mengenakan wig tidak mudah bagi Simon. Saat berusia enam tahun, teman sekolahnya sengaja mencopot wig Simon kemudian mereka menertawakan dan mengejek Simon.
Pun ketika pelajaran bahasa Inggris di mana murid-murid diminta menjabarkan teman mereka, Simon merasa malu karena wig yang ia gunakan selalu menjadi bahasan teman-temannya. Setiap hari, Simon juga selalu memakai wig yang itu-itu saja. Hingga di usia 11 tahun Simon memasuki masa pubertas, dirinya makin frustasi dengan kondisi kepala yang botak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam prosedur itu, kulit kepala ayah tiga anak ini dikurangi kemudian diiris sebagian, dilipat, dan dijepit guna mengurangi ukuran luka bakarnya. Namun, yang terjadi luka bakar Simon justru menjadi 3 per 4 lebih banyak dari ukuran aslinya. Dalam waktu 18 bulan, sudah empat transplantasi rambut dijalani Simon tapi hasilnya tidak memuaskan.
Baca juga: Gonta-ganti Sampo Bisa Bikin Kepala Botak? Ini Kata Dokter
Ia juga mencoba memakai spray penebal rambut tapi yang terjadi rambut tipis hasil tranplantasi rambut sebelumnya justru rontok. Di tahun 2010, Simon mencoba melakukan prosedur pada kulit kepala yang disebut micropigmentation. Dalam prosedur ini, dibuat 40.000 tato di kulit kepala Simon yang menyerupai titik-titik rambut.
"Hasilnya luar biasa. Saya percaya diri lagi untuk bisa keluar rumah dan berenang. Dulunya, ketika mengalami hair bad day, saya tidak berani keluar rumah sama sekali. Sepanjang tahun 2010 saya sudah menjalani tiga sesi micropigmentation dan sampai saat ini hasilnya masih memuaskan," tutur Simon.
Kini, Simon tidak lagi bekerja sebagai sales dan ia memilih menjadi praktisi micropigmentation dengan mengikuti berbagai pelatihan. Bahkan, Simon sudah mendirikan kliniknya yang ada di Solihull.
"Saya ingin orang yang memiliki masalah kebotakan kembali menemukan kepercayaan diri mereka. Bagaimanapun saya juga pernah merasakan bagaimana sengsaranya tidak memiliki rambut," pungkas Simon.
Baca juga: Infografis: Serba-serbi Transplantasi Rambut
(rdn/up)











































