Namun cara ini tak bisa dilakukan sembarang orang, di sebuah laboratorium canggih. Padahal penelitian terbaru mengungkap sebenarnya ada cara mudah untuk mengetahui risiko kematian seseorang tanpa perlu repot-repot ke lab.
Awalnya, peneliti membandingkan akurasi dua metode untuk memprediksi usia seseorang. Pertama, menggunakan indikator mendasar seperti tingkat mobilitas dan kebiasaan merokok, dan kedua, dengan mengamati panjang telomere-nya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Studi: Kekuatan Lari di Treadmill Bisa Jadi Indikator Panjang Pendeknya Umur
Peneliti bahkan mengaku terkejut ketika mengetahui sebagian besar hasil pengukuran dengan indikator usia dll justru mengungguli hasil pengukuran dengan telomere. "Padahal sebagian hanya berupa hasil pelaporan mandiri partisipan terkait kesehatan dan tingkat mobilitasnya, dikombinasikan dengan hasil tes fungsi kognitifnya, pengamatan pada kebiasaan merokok dan pola olahraganya, serta pengukuran fungsi ginjalnya," ungkap peneliti.
Dengan kata lain usia dan kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sederhana seperti menaiki tangga atau jalan kaki menempuh jarak tertentu terbukti lebih akurat dalam menentukan panjang pendeknya umur seseorang, dibanding mengukur panjang telomere.
Bahkan peneliti tak menemukan ada bukti lain yang menguatkan fakta bahwa dokter harus menggunakan panjang telomere untuk menentukan umur pasiennya.
"Yang jelas lebih mudah dan lebih murah kalau kita menanyakan usia ketimbang harus mengambil sampel darah lalu mengekstrak DNA-nya untuk bisa mengukur panjang telomere kan," kata peneliti, Dana Glei dari Georgetown University's Center for Population and Health, Washington, DC, seperti dilaporkan CBS News.
Baca juga: Komputer Super di Inggris Bisa Prediksi Risiko Kematian Pasien
(lll/vit)











































