Motivasi Perawat Ini Mengabdi di Daerah Terpencil: 'Perbaiki' Kegagalan

True Story

Motivasi Perawat Ini Mengabdi di Daerah Terpencil: 'Perbaiki' Kegagalan

Firdaus Anwar - detikHealth
Selasa, 19 Apr 2016 07:10 WIB
Motivasi Perawat Ini Mengabdi di Daerah Terpencil: Perbaiki Kegagalan
Foto: Firdaus Anwar
Jakarta - Bari Azis Bethan (25) adalah seorang perawat asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pada tahun 2016 ini mengikuti program Nusantara Sehat oleh Kementerian Kesehatan. Dalam program tersebut ia bersama ratusan tenaga kesehatan lainnya akan dilatih untuk kemudian ditempatkan mengabdi selama dua tahun di fasilitas kesehatan daerah-daerah terpencil dan tertinggal.

Azis mengaku dirinya suka rela berpartisipasi di Nusantara Sehat karena memang ia lebih menyukai mengabdi di desa daripada di kota. Datang dari daerah yang sebetulnya juga cukup tertinggal, dirinya sudah punya pengalaman dan gambaran hal apa saja yang mungkin akan dihadapi.

"Saya sudah pernah tugas di desa. Yang membuat saya termotivasi untuk lebih memilih desa karena kalau di kota kan semua sudah serba ada. Saya ingin sesuatu yang menantang. Kadang orang bilang 'eh tugas di desa itu kan enggak ada listrik, enggak ada air', eh tapi itu justru yang saya suka dari situ," kata Azis kepada detikHealth ketika ditemui pada acara peresmian pelantikan Nusantara Sehat 2016 di Pusdikkes TNI AD, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (18/4/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: TNI Latih Angkatan Pertama Tim Nusantara Sehat 2016



"Lebih baik mengabdi di desa dihargai daripada di kota. Orang yang punya ilmu di kota seperti saya sudah banyak, tapi di desa ilmu itu dibutuhkan untuk dibagi," lanjut Azis.

Bercerita lebih jauh, Azis juga punya alasan lainnya mengapa ia termotivasi untuk terjun mengabdi. Ia ingin memperbaiki 'kegagalan' yang pernah dialami sewaktu masih mengabdi di daerah terpencil yang juga masih kampung halamannya, Desa Kolobolon, Kepulauan Rote, Nusa Tenggara Timur.

"Ada orang yang saya enggak kenal datang ke saya malam-malam mau partus (melahirkan -red) nggak ada listrik, enggak ada air. Dia pendarahan berat dan minta tolong ke saya. Saya keingat ibu saya 'oh dia mungkin seperti ini dulu' jadi saya juga jadi terdorong," kenang Azis yang saat itu juga langsung menelepon temannya yang berprofesi bidan untuk bantuan.

Baca juga: Buka Rakerkesnas 2016, Menkes Ingin Daerah Perkuat Puskesmas

Karena kondisinya sudah darurat dan tak ada bidan yang siaga, Azis pun memutuskan untuk membantu proses persalinan. Dalam hati Azis sadar betul bahwa dirinya adalah perawat bukan bidan sehingga hal ini sesuatu yang tak sesuai dengan kompetisinya meski ia punya pengetahuan yang cukup terkait persalinan.

"Kata kawan 'ya sudah tolonglah ibu itu dulu'. Saya kerja sama dengan salah satu anak si ibu dan kita bantu partus. Tertolonglah anaknya tapi sayang ibunya meninggal karena pendarahan. Itu membuat saya jadi merasa bersalah dan gagal," kata Azis.

"Makanya saya pengen banget coba Nusantara Sehat dan alhamdulillah saya lulus bisa ikut. Saya tidak trauma. Saya ingin menebus kesalahan saya yang dulu," pungkas Azis. (fds/vit)

Berita Terkait