Takut Stigma, Sepertiga Pasien Parkinson Sembunyikan Gejala

Takut Stigma, Sepertiga Pasien Parkinson Sembunyikan Gejala

Firdaus Anwar - detikHealth
Selasa, 19 Apr 2016 09:03 WIB
Takut Stigma, Sepertiga Pasien Parkinson Sembunyikan Gejala
Foto: Pasieka/Gettyimages
Jakarta - Sebuah survei yang dilakukan oleh yayasan Parkinson' UK melihat bahwa masih banyak para pasien penyakit parkinson yang menutup diri. Alasannya karena pasien merasa gejala penyakitnya tak diterima secara sosial dan dapat mempermalukan orang terdekat sehingga mereka lebih memilih menutup diri.

Dari 1.868 pasien yang disurvei, sepertiganya mengaku telat memberitahu sahabat atau keluarga mengenai kondisi mereka karena takut mendapat stigma negatif.

Kepala Eksekutif Parkinson's UK Steve Ford mengatakan hal ini sangat memengaruhi kesehatan mental para pasien. Hal ini berlaku terutama bagi mereka yang terdiagnosa parkinson di usia relatif muda yang menggambarkan kondisinya seperti "dunia berakhir" dan "tak tahu harus berpaling ke mana".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita ingin setiap orang dengan Parkinson menyadari dukungan yang bisa didapat sehingga pasien dapat merasa siap untuk membicarakan masalahnya," kata Ford seperti dikutip dari BBC, Senin (18/4/2016).

"Kita tahu bahwa dukungan yang baik entah itu lewat keluarga, teman, atau Parkinson's UK sangat dibutuhkan oleh mereka yang memiliki kondisi untuk bisa berdamai dengan diagnosanya dan sadar bahwa mereka tak sendiri," lanjut Ford.

Baca juga: Tak Semua Tremor Merupakan Gejala Parkinson, Bagaimana Membedakannya?

Terkait penyembuhan parkinson, dr Frandy Susatia, SpS, dari Siloam Hospitals Kebun Jeruk (SHKJ) mengatakan kondisi tak bisa dipulihkan total namun terapi bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas hidup. Pengidap parkinson biasanya akan diberikan obat terlebih dahulu namun efektivitasnya akan berkurang seiring berjalannya waktu hingga akhirnya pasien akan membutuhkan operasi.

"Efek bagus obat biasanya akan bertahan sampai lima tahun, setelahnya maka berbagai efek samping akan muncul. Setelah obat-obat kurang memberikan dampak yang baik maka terapi selanjutnya adalah pembedahan," ujar dr Frandy dalam acara seminar terapi parkinson di SHKJ beberapa waktu lalu.

Selain operasi dan obat ada juga terapi yang bisa dilakukan seperti senam tai chi, minum teh hijau, serta akupunktur. Namun dr Frandy mengatakan semua terapi mulai dari obat,operasi, dan non obat tersebut dilakukan untuk mengurangi gejala saja.

Baca juga: Umur di Atas 50 Tahun Sering Migrain? Waspada Gejala Parkinson (fds/vit)

Berita Terkait