"Secara umum kesadaran untuk berhenti merokok masih rendah. Di klinik berhenti merokok RS Persahabatan, belum tentu dalam sehari ada 1 pasien datang," kata dr Agus Dwi Susanto, SpP dari RS Persahabatan, Selasa (24/5/2016).
Menurut dokter yang juga Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini, 47 persen pasien yang datang ke klinik berhenti merokok sudah dalam kondisi adiksi tinggi. Sebanyak 19 persen mengalami adiksi sangat tinggi, 29 persen adiksi sedang, dan hanya 5 persen yang adiksi ringan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecenderungan untuk mengalami adiksi atau ketergantungan, menurut dr Agus dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah usia pertama terpapar kebiasaan merokok. Penelitian tahun 2013 pada anak SMA di Bogor menunjukkan, 16,8 persen remaja perokok mengalami adiksi nikotin.
"Makin dini mengenal rokok, semakin tinggi risiko adiksi," kata dr Agus.
Terkait dampak rokok, dr Agus menyebut risiko penyempitan pembuluh darah pada perokok cenderung lebih tinggi dibanding non perokok. Risiko mengalami stroke akibat penyempitan pembuluh darah, pada perokok diperkirakan 2-4 kali lebih tinggi.
Baca juga: Studi: 2 dari 5 Ibu Kembali Merokok Sesaat Setelah Melahirkan (up/vit)











































