Adalah dokter dari Massachusetts General Hospital, Amerika Serikat, yang melaporkan kasus tersebut di jurnal JAMA Dermatology. Dokter mendeskripsikan tahi lalat sang pasien berbentuk bintik coklat atau hitam dan menyebar mulai dari area punggung, perut, kaki, hingga tangan dalam pola simetris.
Menurut dermatolog dr Hensin Tsao yang menangani kasus pada Maret 2014, pasien juga menunjukkan adanya gejala eksim (peradangan pada kulit yang gatal) pada area di mana tahi lalat tumbuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Tsao mengatakan kasus ini spesial karena kondisinya berbeda dari gejala pertumbuhan mendadak tahi lalat umumnya yang disebut juga eruptive nevi. Pada kasus eruptive nevi tahi lalat tumbuh karena perubahan hormon, efek obat-obatan, atau masalah imunitas yang semuanya tak dialami pasien.
Sampel jaringan diambil dan dr Tsao menemukan bahwa beberapa tahi lalat tersebut adalah melanoma, sejenis kanker kulit yang berbahaya. Pengobatan dilakukan tapi dokter tak mengangkat semua tahi lalat, hanya beberapa tahi lalat yang dianggap besar dan abnormal saja yang diterapi.
dr Tsao mengatakan terakhir melihat sang pasien beberapa bulan lalu dan sehat-sehat saja. "Tapi kemungkinan dia tetap butuh pengawasan kulit sepanjang umurnya untuk melanoma," kata dr Tsao seperti dikutip dari Live Science, Kamis (26/5/2016).
Baca juga: Risiko Kanker Kulit Tak Hanya Menghantui si Pemilik Banyak Tahi Lalat (fds/up)











































