Sebuah penelitian terbaru mengungkap, kebiasaan orang tua mem-posting atau mengunggah foto bayi mereka akan memicu depresi. Ancaman depresi ini muncul bila postingan tersebut tidak mendapatkan 'likes' atau respons positif dari pengikut (follower) dan teman-teman pemilik akun.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, penelitian melibatkan 127 ibu baru yang rata-rata berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan tetap di Ohio. Lantas peneliti mengukur frekuensi penggunaan media sosial, yaitu Facebook mereka, sejak si bayi lahir hingga 9 bulan kemudian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kecanduan dan Tak Bisa Lepas dari Ponsel, Risiko Depresi Mengintai
Belakangan ketahaun bahwa ibu-ibu yang gemar mengunggah foto anaknya di media sosial adalah mereka yang paling banyak merasakan tekanan sosial untuk menjadi ibu yang sempurna. Akibatnya, ketika postingan-nya tidak mendapatkan respons seperti yang diharapkan, maka mereka juga cenderung memberikan reaksi emosional yang lebih kuat, bahkan merasa bersalah bila postingan-nya tidak berbuah respons positif.
"Tujuan mereka adalah mendapat pengakuan karena berhasil melakukan pekerjaan yang baik, tetapi ketika respons yang didapat tidak seperti harapannya, maka ini bisa jadi masalah bagi mereka," catat ketua tim peneliti, Sarah Schoppe-Sullivan dari The Ohio State University seperti dilaporkan Indian Express.
Akibatnya, ibu-ibu yang sering mengunggah foto anaknya di Facebook cenderung lebih banyak memperlihatkan gejala depresi setelah 9 bulan.
Baca juga: Kicauan di Media Sosial, Bisakah Jadi Penanda Adanya Gangguan Kejiwaan?
Kendati begitu, peneliti meyakini kondisi yang sama juga berlaku untuk ibu yang tidak bekerja atau hanya mengurus anaknya di rumah. Peneliti menduga ini ada kaitannya karena ibu bekerja juga mendapat sorotan dari rekan-rekannya di kantor, sehingga tekanannya menjadi berlipat.
Tetapi bukan berarti peneliti melarang orang tua untuk aktif di media sosial. "Hanya saja jika Anda bergantung pada media sosial untuk mendapatkan kebahagiaan, kami kira itu terlalu berisiko," tutupnya. (lll/vit)











































