Sekitar 80 persen kemunculan tumor yang kemudian berkembang menjadi kanker payudara dipicu oleh hormon estrogen. Untuk kasus kanker yang dipicu hormon estrogen, biasanya perempuan mengonsumsi obat-obatan seperti tamoxifen, untuk mencegah hormon estrogen masuk ke sel-sel payudara, atau inhibitor aromatase, yang menghentikan tubuh membuat hormon estrogen.
Untuk mengetahui dampak penggunaan obat hormonal pada risiko kemunculan kembali kanker, digelar penelitian yang melibatkan 1.918 pasien. Percobaan dilakukan pada perempuan yang telah menopause, menggunakan dua kali lipat aromatase inhibitor untuk pengobatan selama lima hingga 10 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mau Minimalkan Risiko Kanker? Bisa Kok, Yuk Adopsi Gaya Hidup Sehat Ini
Prof Paul Goss, salah satu peneliti dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, mengatakan studi ini akan memiliki dampak besar karena menjadi penemuan penting dalam menurunkan risiko kembalinya kanker. "Inhibitor aromatase sekarang tersedia di seluruh dunia dan karena itu dampaknya pada perempuan dengan kanker akan terus meningkat secara global," tuturnya.
Di akhir penelitian diketahui 95 persen perempuan bebas dari kanker jika mereka menggunakan obat tambahan. Studi ini memang tidak menunjukkan perbaikan tingkat kelangsungan hidup, namun memberikan harapan baru, setidaknya pada ketidakmunculan lagi kanker payudara pada pasien.
Dalam pengobatan ini, pasien perlu mengetahui efek sampingnya seperti hilangnya libido, muka memerah dan keringnya vagina. Risiko lainnya adalah osteoporosis dan patah tulang. Untuk itu para ahli mengatakan dengan mempertimbangkan risiko dokter dan pasien perlu memutuskan bersama apakah akan melanjutkan pengobatan atau tidak.
Penelitian ini telah diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.
Baca juga: Hanya dengan Beralih Gaya Hidup, Risiko Kanker Payudara Bisa Dipotong
(rdn/vit)











































