"Bagi pasien dengan BMI di bawah 30 bukan nggak boleh (melakukan prosedur ini), tapi kita kan mesti konsisten dengan apa yang digariskan Standar Operasional Prosedru (SOP) kedokteran," tegas dr Errawan R. Wiradisuria, SpB(K)BD dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) saat ditemui baru-baru ini.
Pada orang dengan BMI di bawah 30, dr Errawan menekankan masih bisa diusahakan cara lain yakni dengan edukasi untuk mengubah pola hidup yang diterapkan selama ini. Sehingga, jika BMI di bawah 30, tidak ada penyulit dan ingin menjalani operasi bariatrik, menurut dr Errawan hal itu cenderung dipaksakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cara Menghitung Tubuh Gemuk atau Kurus
Untuk itu, menurut dr Errawan, keputusan melakukan operasi bariatrik ini mesti dipertimbangkan matang-matang. Selama 2 tahun melakukan operasi bariatrik, khusus Laparoscopic Sleeve Gastrectomy (LSG), ada sekitar 20 pasien yang ditangani dr Errawan dan kebetulan mayoritas adalah laki-laki.
Menurut pengalaman dokter berkacamata ini, alasan pasien lebih banyak karena sudah tidak mungkin lagi mengandalkan olahraga, diet, akupunktur, bahkan konsumsi jamu untuk menurunkan bobotnya. Tak jarang, pada pasien pria, operasi bariatrik bisa berpengaruh pada kehidupan seksualnya.
"Setelah operasi, hormonalnya membaik, terutama testosteronnya. Sehingga yang tadinya diibaratkan istrinya nggak pernah disentuh, si pasien jadi ada keinginan untuk berhubungan suami istri," kata dr Errawan.
Baca juga: Gara-gara Istri Panggil Suami 'Gajah Gendut', Pasutri di India Bercerai (rdn/vit)











































