Diungkapkan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bali, dr Lucky Tjahjono MKes, untuk mencegah penyakit infeksi yang bisa jadi kedaruratan kesehatan masyarakat, pada prinsipnya dilakukan 3 tangkal.
"Jadi day to day, kita detect, prevent dan response, pada penumpang dan alat angkutnya. Di situ kalau penumpang dari daerah terjangkit, misal MERS, sekarang kan belum selesai. Nah kita memberi health alert card nanti diisi oleh penumpang apakah ada gejala panas, batuk," kata dr Lucky saat berbincang dengan wartawan di Nusa Dua, Bali, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika hasil wawancara menunjukkan tidak ada masalah, penumpang dinyatakan 'clear' dan boleh melanjutkan perjalanan. Wawancara sebagai kelanjutan dari kecurigaan pada penumpang pada prinsipnya guna memastikan tidak ada sumber penularan penyakit infeksi yang masuk ke Indonesia.
Baca juga: Australia Keluarkan Peringatan Bepergian ke Indonesia Terkait Zika
Lebih lanjut, dr Lucky mengatakan berdasarkan informasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini yang masih menjadi perhatian adalah mereka yang baru bepergian dari kawasan Timur Tengah mengingat adanya risiko terinfeksi MERS CoV.
"Untuk trennya ya mengikuti global. Kemarin kan zika, tapi di kami (area Bali) dicek nggak ada. Termasuk juga saat heboh Australia mengeluarkan travel advisory menyebut kita ada zika, tapi setelah dicek nggak ada kan," tambah dr Lucky.
Menurut dr Lucky, berbeda halnya dengan insiden DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di mana Bali termasuk 4 provinsi dengan kasus DHF tertinggi di Indonesia. Meski begitu, dr Lucky memastikan pihak KKP teteap waspada dan melakukan deteksi. Pemeriksaan lingkungan pun dilakukan sebagai bentuk upaya preventif.
"Untuk kasus zika dan MERS nggak ada ya. Mudah-mudahan aman, mudah-mudahan nggak ada new emerging disease lagi ya," tutup dr Lucky.
Baca juga: Antisipasi Zika, Kondom Anti-Virus Dibagi ke Kontingen Olimpiade dari Australia (rdn/vit)











































