"Kondisi stres mengaktivasi sistem simpatis dan adrenomedullary yang berdampak pada kecenderungan kontraksi otot polos termasuk otot polos saluran napas," demikian dikutip dari rsuppersahabatan.co.id, Jumat (8/7/2016).
"Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyempitan saluran napas atau bronkrokonstriksi khususnya pada populasi yang sudah ada penyakit saluran napas sebelumnya seperti asma maupun penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)," lanjut artikel yang dirilis khusus untuk menanggapi kemacetan arus mudik lebaran tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyempitan saluran napas juga dipicu oleh iritasi, baik oleh partikel debu di jalanan maupun zat-zat polutan lainnya. Kekurangan oksigen akibat peningkatan gas afiksian seperti CO (karbon monoksida) dan CO2 (karbon dioksida) juga berdampak pada sesak napas.
"Orang akan mengeluh sesak napas, napas berat dan bila tidak diatasi segera dapat meningkatkan risiko kematian," kata rilis tersebut.
Kondisi para pemudik yang kelelahan akibat perjalanan jauh dan kurang tidur juga meningkatkan risiko infeksi. Kontak dengan orang lain dalam kerumunan di tempat-tempat umum, seperti rest area, berisiko menularkan kuman-kuman penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Baca juga: Membandingkan Dampak Kesehatan Arus Mudik dari Tahun ke Tahun (up/up)











































