Kisah Anak yang Sembuh dari Tumor Otak Langka dengan Obat Baru

Kisah Anak yang Sembuh dari Tumor Otak Langka dengan Obat Baru

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Rabu, 13 Jul 2016 15:06 WIB
Kisah Anak yang Sembuh dari Tumor Otak Langka dengan Obat Baru
Ilustrasi (Foto: Getty Images)
Boston - Kini Allison Schablein tak ubahnya bocah berumur 8 tahun lainnya. Ia aktif di kelas tari dan tengah bersiap menyambut liburan musim panas. Namun beberapa waktu lalu, Allison dihadapkan pada kenyataan pahit karena dirinya mengidap sebuah kanker otak langka.

Dimulai saat usianya baru empat tahun, Allison mulai sering mengeluh sakit di kepalanya. Tetapi meski sudah bolak-balik ke dokter, sakit di kepala Allison tak juga kunjung reda.

"Dan ini terjadi hampir setiap hari, sampai-sampai ia muntah dibuatnya," kisah ayah Allison, Dan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada akhirnya di bulan Desember 2012, hasil MRI menunjukkan ada beberapa tumor di otak dan tulang belakangnya: dua di batang otaknya, dua di tulang belakang, dan tiga tumor di bagian atas kepala Allison, yang oleh tim dokter disebut sebagai anaplastic astrocytoma.

Operasi darurat memang berhasil meredakan mual yang dirasakannya, tetapi yang dikhawatirkan dokter adalah tumor-tumor tersebut tak hanya langka tetapi sedang menyebar dan tumbuh dengan cepat. Demikian seperti dikutip dari Blog.Dana-Farber.org, Rabu (13/7/2016).

Tim dokter dari Dana-Farber/Boston Children's Cancer and Blood Disorders Center kemudian memutuskan agar Allison menjalani kemoterapi. Hanya saja karena tumornya begitu langka, tim dokter pun tak bisa memberikan pengobatan spesifik untuk Allison. Bahkan empat bulan kemudian dinyatakan kanker di tubuh Allison menjadi resisten terhadap obat-obatan kemoterapi.

Dan dan istrinya, Michelle Moscardini juga sempat mengirimkan salinan scan otak Allison ke sejumlah negara dengan teknologi kedokteran mutakhir seperti China, Amerika Selatan hingga Eropa. "Semuanya mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan," imbuh Dan.

Hingga akhirnya tim dokter Allison menemukan gagasan lain, yaitu mengujicobakan obat baru untuk pasien melanoma atau kanker kulit kepada Allison. Obat ini ditargetkan untuk menyerang mutasi genetik khusus pada melanoma, yang kebetulan juga terdeteksi di kanker Allison.

Oleh tim dokter, terapi ini disebut sebagai 'precision medicine'. Sederhananya, alih-alih membunuh seluruh sel yang terbelah di tubuh pasien kanker seperti halnya kemoterapi, 'precision medicine' hanya menyerang molekul-molekul khusus pada sel kanker, sehingga tidak membahayakan sel lainnya.

Baca juga: Berkat Uji Coba Obat, Kaki 'Raksasa' Mandy Seberat 107 Kg Mulai Menyusut

Meskipun menjanjikan, Dan dan istrinya tetap saja merasa cemas karena obat ini rupanya belum pernah diujicobakan pada anak-anak. Namun setelah diyakinkan demi kebaikan Allison, keduanya akhirnya sepakat, dan pengobatan dimulai pada Mei 2013.

Rejim pengobatan dimulai dengan dua pil dalam sehari. Dua bulan kemudian, Allison menjalani MRI sekali lagi untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan tumornya. Di situlah tim dokter terkejut dengan hasil yang didapatkan, yaitu idak ditemukan lagi tanda-tanda tumor di alat scanning mereka.

Kendati ini bukan berarti Allison dinyatakan sembuh total, tim dokter bersyukur karena setidaknya tumor di otak bocah asal New Hampshire itu menyusut begitu banyak hingga tak lagi bisa terdeteksi oleh scan MRI. "Saya sampai berdiri dan berteriak, seolah-olah saya baru saja melahirkan kembali," tutur Michelle.

Namun karena tingkat keparahan penyakitnya dan untuk memastikan kondisinya, Allison tetap diminta mengonsumsi obat baru tersebut dan tiap tiga bulan sekali Allison harus bolak-balik ke Boston untuk menjalani scan MRI. Untunglah kankernya tak terbukti kembali lagi sejak saat itu.

"Allison adalah seorang pioneer. Ketika dia lahir, kami bahkan tak pernah tahu apa itu glioma ganas pada anak-anak, tetapi kurang dari lima tahun dan dari Allison, kami bisa menemukan terapi yang efektif untuk bocah luar biasa ini," komentar Mark Kieran, MD, PhD yang menangani Allison.

Begitu pun harapan ibu Allison, Michelle. Ia ingin kisah putrinya bisa menginspirasi orang tua lain yang mungkin memiliki anak seperti putrinya. "Saya ingin semua orang tidak mudah menyerah meskipun dalam situasi terburuk sekalipun," tutupnya.

Baca juga: Kontroversi Khasiat Semut Jepang, Peneliti: Studi Masih Tahap Awal (lll/vit)

Berita Terkait