Sebuah studi di pusat pemetaan otak University of California Los Angeles (UCLA) melakukan studi pada otak 32 remaja menggunakan mesin Fungsional Magnetic Resonance Imaging. Sebelumnya, para remaja itu terlebih dahulu diminta menggunakan media sosial serupa Instagram.
Peneliti memperlihatkan lebih dari 140 gambar mereka yang diyakini diberi 'like' oleh teman-temannya. Padahal sebenarnya tim penelitilah yang memberikan 'like'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mirip di Film 50 First Dates, Memori Remaja Ini Terhapus Tiap Malam
Menurut penulis studi, Lauren Sherman, aktivitas di otak ini sama ketika merespons gambar orang yang dicintai atau ketika memenangkan sejumlah uang. "Nucleus accumbens, bagian dari sirkuit reward di otak, aktif ketika remaja melihat banyak like di fotonya. Ini bisa menginspirasi mereka untuk menggunakan media sosial lebih sering," kata Sherman, seperti dikutip dari CNN, Kamis (14/7/2016).
Sherman menyimpulkan sirkuit reward di otak dianggap sensitif pada masa remaja. Sensitivitas itu bisa menjelaskan mengapa remaja lebih tertarik menggunakan media sosial.
Baca juga: Cara Tepat Jaga Kesehatan Otak: Atur Porsi Makan
Mengomentari studi ini, Dr Iroise Dumontheil, dari Birkbeck University, mengatakan hasilnya tidak bisa diterapkan ke semua orang. Meski demikian, Dumontheil setuju jika media sosial mempengaruhi otak. Sebab hal-hal berbeda yang dialami berpengaruh terhadap cara otak tumbuh dan berubah.
Dipaparkan Dumontheil, ketika seseorang belajar sesuatu yang baru atau mengalami sesuatu hal, maka hal itu dikodekan dalam otak. Selanjutnya akan berpengaruh pada kekuatan koneksi antar neuron. (vit/vit)











































