Fakta ini dirasa menjadi hambatan mendasar bagi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk membuat data kependudukan, seperti angka kelahiran atau cakupan penggunaan alat kontrasepsi.
Bahkan banyak yang tidak tahu jika BKKBN adalah lembaga yang bertugas membuat data ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi warga, KB pun lebih kepada program kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Mereka tidak menyadari bahwa KB ada untuk mengendalikan penduduk sehingga upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih mudah dilakukan.
Ditambahkan Kepala BKKBN Surya Chandra Suryapati, basis data kependudukan yang jelas penting untuk memastikan pemerataan penerimaan jaminan sosial di Indonesia.
"BPJS tidak akan bisa jalan tanpa data kependudukan yang dibuat BKKBN," tegas Surya.
Baca juga: Masih Ada yang Tanya 'Kapan Nikah'? Catat, Ini Pesan BKKBN
Data ini, lanjut Wendy, juga dibutuhkan untuk menangani atau mengadvokasi masalah kependudukan. Salah satu yang menonjol adalah tingginya angka pernikahan dini.
"Ada wilayah yang usia pernikahan mudanya tinggi karena tidak ada SMP. Jadi setelah lulus SD, nggak ngapain-ngapain lalu dinikahkan. Ada juga karena budaya atau lingkungan dan agama. Jika tidak dikaji, kita nggak tahu daerah mana yang perlu diadvokasi," urainya.
Untuk itu, Surya ingin menggerakkan kembali pusat studi kependudukan-pusat studi kependudukan di berbagai daerah, untuk kemudian oleh BKKBN difasilitasi agar saling berbagi wawasan tentang persoalan dan solusi yang dihadapi masing-masing daerah terkait isu kependudukan.
"Kajian dilakukan di tahun ini di semua provinsi yang dikoordinasi oleh PSKK UGM (Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan)," imbuhnya.
Baca juga: Kontrasepsi Bukan Tak Boleh Punya Anak, Tapi Ciptakan Generasi Berkualitas
(lll/vit)











































