Contoh penyakit yang menjadi sasaran dalam program imunisasi dasar ini yaitu difteri, pertusis, campak, polio, tuberkulosis, hepatitis B, dan tetanus.
Hanya saja dalam program vaksin-vaksin tersebut tidak diberikan sekali saja saat bayi. Ketika anak masuk usia sekolah dasar (SD) ada vaksin lanjutan yang harus diberikan lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr dr Seodjatmiko, SpA (K), MSi, dari Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan hal tersebut dilakukan untuk memberikan efek perlindungan yang lebih lengkap. Vaksin yang diberikan saat bayi kemungkinan besar saat efeknya sudah berkurang.
"Di sekolah perlu dilanjutkan lagi imunisasi, karena imunisasi di balita kekebalannya sudah menurun hampir habis. Harus diperkuat dengan imunisasi lanjutan yaitu DT, Td, dan campak pada kelas 1, kelas 2, dan kelas 3," kata dr Soedjatmiko dalam sesi Live Chat yang digelar detikHealth, Kamis (28/7/2016).
Apabila pemberian vaksin lanjutan anak terlambat dari yang telah dijadwalkan, dr Soedjatmiko mengatakan maka kekebalan anak akan menurun dan rentan kena penyakit terkait. Meski misalnya sudah bertahun-tahun telat tidak mengapa diberikan vaksin lanjutan daripada tidak sama sekali.
"Bila belum diimunisasi maka kekebalan terhadap penyakit-penyakit berbahaya tersebut belum ada pada anak tersebut. Maka, walaupun sudah lewat, lanjutkan dengan imunisasi yang belum diberikan," kata dr Soedjatmiko.
Baca juga: Ini Alasan Vaksin Lokal Tak Kalah Kualitas Dibanding Vaksin Impor (fds/vit)











































