Dr dr Sunanto, SpJP mengatakan, banyak kasus FA yang tidak ketahuan karena tidak memiliki gejala. Keadaan ini pun kerap disebut dengan silent FA. Walaupun tidak berbahaya secara langsung, silent FA dapat berpotensi sebabkan stroke.
"Prevalensi FA cukup tinggi walaupun tidak memiliki gangguan secara langsung pada kelangsungan hidup. Namun dapat menjadi faktor risiko stroke," tutur dr Sunanto dalam seminar kesehatan di Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, Minggu (31/7/16).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data dari luar negeri memperkirakan prevalensi FA mencapai 1 hingga 2 persen di komunitas. "Misal masyarakat Indonesia 250 juta orang, maka diperkirakan 2 juta lebih orang memiliki FA. Dan jika FA sudah menyebabkan stroke, bisa terjadi gangguan disabilitas yang dapat mengganggu kualitas hidup orang tersebut," sambung dr Sunanto.
dr Sunanto menambahkan, walaupun sebagian FA tidak memiliki gejala, namun jika ada gejala seperti berdebar-debar, mudah lelah, sesak napas mungkin dapat menjadi tanda dari munculnya FA. Akan lebih baik lagi saat merasa jantung berdebar-debar, lakukan cek elektrokardiogram (EKG).
Selain itu, dr Sunanto mengatakan ada kemungkinan juga FA baru diketahui saat seseorang baru pertama kali terserang stroke. Dalam seminar kesehatan mengenai fibrilasi atrium yang bertepatan dengan acara nasional yang diselenggarakan hampir di seluruh Indonesia oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr Sunanto berharap masyarakat bisa lebih sadar dan melakukan pencegahan dengan melakukan tes EKG.
Baca juga: Meski Hanya Selintas, Degup Jantung Tak Berirama Berisiko Stroke (rdn/vit)











































