Sering Mendengkur? Cobalah Tidur dengan Posisi Miring

Sering Mendengkur? Cobalah Tidur dengan Posisi Miring

Martha Heriniazwi Dianthi - detikHealth
Jumat, 05 Agu 2016 09:35 WIB
Sering Mendengkur? Cobalah Tidur dengan Posisi Miring
Foto: thinkstock
Jakarta - Mendengkur alias ngorok bisa membuat orang lain yang mendengarnya terganggu. Apalagi mendengkur bisa menyimpan potensi bahaya yang serius apabila yang bersangkutan memiliki sleep apnea.

"Cobalah untuk mengubah posisi tidur menjadi miring bila ingin mengurangi dengkuran saat tidur," saran dr Andreas Prasadja, RPSGT dari RS Mitra Kemayaron, Jakarta, saat dihubungi detikHealth .

Baca juga: Sleep Apnea, Ketika Napas Mendadak Berhenti Saat Tidur

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan mengubah posisi menjadi miring saat tidur, menurut dr Andreas jalur udara menjadi tak terganggu. Posisi miring akan membuat jalur kerongkongan tidak terhambat sehingga mengurangi dengkuran.

Meski memang bisa saja posisi tidur ini bisa saja berubah. Karena meskipun sedang tidur, seseorang bisa saja bergerak-gerak, sehingga posisinya bisa berubah saat bangun.

Soal posisi tidur miring, beberapa penelitian pernah digelar. Ada penelitian yang menyebut posisi miring ke kanan disebut-sebut dapat membuang sampah otak lebih baik. Hal ini bisa membuat otak lebih sehat dan mengurangi risiko demensia serta penyakit saraf lainnya.

Ada pula penelitian yang menyebut tidur miring ke sebelah kiri dapat membuat kerja jantung menjadi lebih efisien. Akibatnya, bangun tidur akan menjadi lebih segar dan sirkulasi darah terjaga.

Akan tetapi pakar juga menyebut posisi tidur miring bisa membuat tubuh terasa kaku dan kesemutan saat bangun. Hal ini terjadi akibat adanya tekanan berlebih pada pembuluh darah yang menyebabkan sirkulasi darah terhambat.

Selain itu, penelitian menyebut posisi tidur miring ke kiri membuat seseorang lebih rentan mengalami mimpi buruk. Tak jelas apa sebabnya, namun diyakini mimpi yang dialami ketika tidur memang dipengaruhi oleh postur tubuh.

Namun perlu diingat, tidak semua orang yang mendengkur akan mengalami sleep apnea. Maka dari itu, perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah pasien tersebut mengalami sleep apnea atau tidak.

"Untuk mengetahui seseorang mengetahui sleep apnea atau tidak, perlunya pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium tidur," tutur pria yang akrab disapa dr Ade ini.

Sleep apnea merupakan terganggunya pernapasan karena dinding tenggorokan yang rileks dan menyempit ketika seseorang sedang tidur. Kondisi ini menyebabkan napas berhenti atau tersedak saat tidur.

"Napas tersedak inilah yang membuat otak jadi terbangun berulang kali. Sehingga kualitas tidur menjadi menurun, walaupun jam tidur tercukupi," kata dr Ade di blog pribadinya.

Dengan menurunnya kualitas tidur, kondisi ini bisa menyebabkan kantuk berlebih atau hipersomnia. Akibat kantuk berlebihan ini juga bisa menyebabkan menurunnya kualitas hidup seseorang.

Baca juga: Gemuk dan Lingkar Leher Lebih dari 43 Cm, Risiko Sleep Apnea Meningkat (vit/vit)

Berita Terkait